I.
TUJUAN
-
Mengetahui cara atau proses pembuatan
tempe.
-
Meneliti tentang jamur yang ada pada
tempe ( Rhyzopus SP )
II.
DASAR
TEORI
Tempe adalah makanan yang populer di
negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai
atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe adalah makananyang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang
menggunakan beberapa jeniskapang Rhizopus, seperti Rhizopus
oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang roti),
atau Rh. arrhizus, sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih.
Sediaan fermentasi ini secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Warna putih
pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang tumbuh pada permukaan biji
kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia jamur yang menghubungkan
biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang aktif selama fermentasi,
tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan
jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Tempe banyak dikonsumsi di Indonesia,
tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak yang telah menggunakan
tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi
di banyak tempat di dunia, tidak hanya di Indonesia.
Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman,Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga
sekarang berusaha mengembangkan galur (strain) unggulRhizopus untuk menghasilkan tempe yang
lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe. Beberapa pihak
mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe sebagai bahan
pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat didaftarkan hak patennya sehingga
penggunaannya dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari
pemegang hak paten).
Jamur Rhizopus
oryzae merupakan jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe
(Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman dikonsumsi karena tidak
menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat (Purwoko dan Pamudyanti,
2004). Jamur Rhizopus oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak
kompleks menjadi trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu
jamur Rhizopus oryzaemampu menghasilkan protease (Margiono, 1992). Menurut
Sorenson dan Hesseltine (1986), Rhizopus sptumbuh baik pada kisaran pH
3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin
meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang
sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk
pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan
bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur,
jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan oleh jamur.
Pada dasarnya proses pembuatan tempe
merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur Rhizopus sp pada media kedelai,
sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh ragi tersebut. Hasil fermentasi
menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih lunak, terurainya protein yang
terkandung dalam kedelai menjadi lebih sederhana, sehingga mempunyai daya cerna
lebih baik dibandingkan produk pangan dari kedelai yang tidak melalui proses
fermentasi.
Tempe terbuat dari kedelai dengan
bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang
kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena
adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama
proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan
mencegah penyakit perut seperti diare.
III.
ALAT
DAN BAHAN
Alat
: - Panci
-
Centong - Nampan
-
Kompor - Koran
-
Sendok -
Ayakan
Bahan
:
- Kedelai
-
Daun Singkong - Air
-
Plastik - Ragi Tempe
-
Daun Pisang
IV.
LANGKAH
KERJA
1. Cucilah
nampan, ayakan dan cukil yang akan digunakan atau untuk semua alat.
2. Bersihkan
kedelai dan daun singkong
3. Rendam
kedelai selama kurang lebih 8 jam
4. Bersihkan
kulit ari dari biji kedelai,cuci dan bilas
5. Di
kukus atau di rebus biji kedelai sampai 30 menit.
6. Tiriskan
pada nampan sampai kering.
7. Taburkan
ragi tempe sedikit demi sedikit
8. Siapkan
daun / plastik untuk membungkus.
9. Masukan
kedelai yang telah di beri ragi kedalam pembungkusnya.
10. Beri
lubang pada bungkusan tempe tersebut.
11. Tempatkan
bahan pada suhu kamar.
V.
HASIL
PENGAMATAN
1.
Tempe
Pembungkus Daun Pisang
2.
Tempe
Pembungkus Plastik
3.
Tempe
Pembungkus Daun Jati
Jenis Pembungkus
|
Indikator
Pengamatan
|
||||
Tekstur
|
Aroma
|
Warna
|
Pertumbuhan Jamur
|
Spora
|
|
Plastik
|
Agak lembut,
miselium saling mengikat
|
Khas tempe,
sedikit aroma tidak sedap
|
Hifa putih,
kedelai masih terlihat kekuningan
|
Cukup merata
pada bagian atas, bagian bawah lebih sedikit, miselium tipis
|
Spora sangat
sedikit bahkan hampir tidak ada
|
Daun Pisang
|
Lembut,
miselium terikat erat
|
Khas tempe,
sedikit aroma tidak sedap
|
Hifa putih,
kedelai masih terlihat kekuningan
|
Merata pada
bagian atas, bagian bawah lebih jarang, miselium tebal,
|
Baru meng-
hasilkan sedikit spora
|
Daun Jati
|
Agak kasar,
miselium tidak mengikat beberapa kedelai
|
Sedikit aroma
tempe, aroma tidak sedap
|
Hifa putih,
beberapa kedelai terlihat mulai menghitam
|
Tidak merata
dimana ada beberapa bagian yang tidak tertutupi, miselium tipis
|
Sudah
menghasilkan spora yang lumayan banyak
|
1. Tempe
Pembungkus Plas
VI.
PEMBAHASAN
Pembuatan Tempe
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
3. Produksi tempe agar tahan lama
Untuk
tahan lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan
dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu
untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 – 3 cm dan di
blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan
kapang dan enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di
bekukan pada suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada
suhu beku sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan
sifat penampak warna, bau dan rasa.
4. Pengawetan Tempe
Agar
tempe yang ditelah jadi dapat bertahan lama tempe haruslah diawetkan. Adapun
cara untuk mengawetkan tempe yaitu :
Ø Pengeringan Tempe
Pengeringan
adalah suatu proses menghilangkan sebagian air dari suatu bahan.Tujuan utama
pengeringan adalah menurunkan aktivitas air (a) sampai pada tingkat tertentu,
sehingga aktivitas mikroorganisma dan reaksi kimia serta biokimia yang terjadi
ditekan seminimal mungkin sampai produk menjadi lebih awet.
Tempe
dapat diawetkan dengan cara pengeringan menggunakan alat pengering (oven).
Tempe yang akan dikeringkan mula-mula diiris-iris setebal 2,5 cm, kemudian
dikukus pada suhu 1000C selama 10 menit. Pengukusan ini penting,karena menurut
hasil penelitian Hermana et al. (1972) produk tempe kering yang dihasilkan
tanpa perlakuan pengukusan ternyata mempunyai rasa pahit. Kemudian tempe
dikeringkan dengan oven pada suhu 70oC selama 6 – 10 jam.
Hasil akhir merupakan tempe kering
yang mempunyai kadar air 4 – 8 persen.
Tingkat kadar air yang rendah ini memungkinkah tempe dapat disimpan pada
suhu kamar (dengan cara dibungkus plastik) selama berbulanbulan tanpa terjadi
perubahan warna dan citarasa (flavor). Jika akan dipakai, tempe kering tersebut
harus direkonstitusi dengan cara perendaman menggunakan air panas (90 – 1000C)
selama 5 – 10 menit.
Ø Pembekuan Tempe
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dan diblancing dengan merendam dalam air
mendidih selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang, enzim proteolitik dan
enzim lipolitik. Kemudian tempe dibungkus dengan plastik selofan dan dibekukan
pada suhu -24 sampai -400C. Setelah beku tempe dapat disimpan pada suhu beku
selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat-sifat organoleptik (penampakan,
warna, bau dan rasa).
Ø Pengalengan Tempe
Pengalengan
makanan adalah suatu prose pengawetan makanan dengan mengepak bahan makanan
tersebut di dalam wadah gelas atau kaleng yang dapat ditutup secara hermetis
sehingga kedap udara, dipanaskan sampai suhu yang cukup untuk menghancurkan
mikroorganisme pembusuk dan patogen di dalam bahan, kemudian didinginkan dengan
cepat untuk mencegah terjadinya over cooking dari bahan makanan serta menghindari
aktifnya kembali bakteri tahan panas (thermofilik). Selama proses pengalengan
diusahakan agar pemanasan yang diberikan tidak mengakibatkan kerusakan nilai
gizi pangan yang dikalengkan.
a) Persiapan Bahan
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dengan panjang sebesar 2/3 panjang
kaleng/gelas jar dan diblancing dengan cara merendamkannya dalam air mendidih
selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang enzim kapang enzim proteolitik dan
enzim lipolitik.
b) Pengisian (filling)
1.Masukkan
potongan-potongan tempe ke dalam kaleng atau gelas jar sampai batas 0,25 inci
dari permukaan kaleng atau 0,5 inci jika digunakan gelas jar.
2.Tambahkan
larutan garam 2 persen dalam keadaan panas sampai batas 0,25 inci dari
permukaan baik kaleng maupun gelas jar. Larutan garam yang digunakan harus
bersih yang dapat dilakukan dengan cara penyaringan.
c) Exhausting dan Penutupan
Kaleng
atau gelas yang telah diisi tersebut di exhaust dengan cara memanaskan di dalam
water bath sampai 2/3 bagian gelas jar atau kaleng terendam dan dibiarkan
sampai mencapai suhu 160oF selama 5 – 10 menit. Kemudian kaleng atau gelas jar
cepat-cepat ditutup dengan menggunakan alat double-seamer. Jangan membiarkan
kaleng atau gelas jar menjadi dingin sebelum processing.
d) Processing
Masukkan
kaleng atau gelas jar yang sudah ditutup tersebut ke dalam retort (otoklaf)
kemudian disterilisasi pada suhu 240oF selama 30 menit untuk kaleng dan 35
menit untuk gelas jar.
e) Pendinginan
Dinginkan dengan segera kaleng yang
sudah disterilisasi tersebut dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu
1000C. Untuk gelas jar, pendinginannya dilakukan dengan membiarkan di udara
terbuka. Kemudian kaleng dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan (Santoso,
2005).
VII.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat kami tarik dari
praktikum yang dilakukan ialah, pertumbuhan Rhizopus pada tempe dipengaruhi
karena pembungkus yang berbeda. Masing-masing pembungkus memberikan perlakuan
yang berbeda pada kedelai, sehingga menghasilkan tempe degan kualitas yang
berbeda. Pematangan spora yang terjadi juga berbeda pada setiap jamur tempe
pada masing-masing pembungkus tempe. Pada praktikum yang kami lakukan, tempe
yang terbaik dihasilkan pada pembungkus daun pisang sesuai dengan kreteria
pembahasan. Seharusnya membungkus tempe dengan menggunakan daun akan lebih
daripada bahan sintetis. Tetapi karena kesalahan dalam proses praktikum kami
menemukan hasil yang berbeda yakni daun jati dan daun waru menghasilkan tempe
yang kurang baik.
TUGAS
KELOMPOK BIOLOGI
LAPORAN
PRATIKUM
PEMBUATAN
TEMPE
Disusun Oleh
Ketua
: Jumilah
-
Alfi
-
M. Agus Khoiron
-
Ali Udin
-
Diya Ayu.W
-
Siti Julaeka
Kelas : X MIA 3
MAN
3 KOTA CIREBON
No comments:
Post a Comment