Friday 18 September 2015

MAKALAH - SAPI PERAH



MAKALAH
Beternak Sapi Perah

cowholstendairycattle.jpg
Disusun Oleh : Kelompok 3
1.     M.Paturohman
2.     A.Amirudin
3.     Khoirin.A
4.     Carita
5.     A.Irfandi
Kelas : X TSM 01

SMK ABU MANSHUR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kewirausahaan tentang “Sapi Perah”  ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada guru Mata pelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai peternakan sapi perah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cirebon, 25 Agustus 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BAB I        PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................ 1
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................ 2
BAB III     PEMBAHASAN
2.1 Pemeliharaan Sapi Perah..................................................... 3
2.2 Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering sebelum
      Melahirkan.......................................................................... 3
2.3 Kebutuhakn Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering..... 4
2.4 Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering...... 5
2.5 Proses Pengeringan Degan Cara Pengaturan Pemerahan.... 5
2.6 Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah
      Melahirkan.......................................................................... 6
2.7 Model Kandang Modern Sapi Perah.................................. 7
2.8 Model Perkandang yang Cocok di Indonesia..................... 7
2.9 Pemasaran Produk............................................................... 9
2.9.1 Pemasaran Produk (Product).................................... 9
2.9.2 Pemasaran Harga (Price)........................................... 10
2.9.3 Pemasaran Tempat (Place)........................................ 10
2.9.4 Pemasaran Promosi (Promotion)............................... 11
BAB III     PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 11

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Sapi perah merupakan golongan hewan ternak ruminansia yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Pemeliharaan sapi perah beberapa tahun terakhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini senantiasa di dorong oleh pemerintah agar swasembada susu tercapai secepatnya. Untuk memenuhi kebutuhan susu secara nasional, perkembangan sapi perah perlu mendapat pembinaan yang lebih terencana sehingga hasilnya akan meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut akan dapat terlaksana apabila peternak sapi perah dan orang yang terkait dengan pemeliharaan sapi perah bersedia melengkapi diri dengan pengetahuan tentang pemeliharaan sapi perah.
Dalam meningkatkan kualitas serta kuantitas produksi sapi perah, ada beberapa faktor penting yang harus di terapkan secara profesional yaitu perlunya penanganan manajemen pemeliharaan sapi perah yang baik. Karena hal tersebut mempunyai peran penting dalam peningkatan kualitas produk susu sapi perah. Salah satu aspek yang mempunyai pengaruh penting terhadap peningkatan produksi susu sapi adalah pemeliharaan atau penanganan sapi perah masa kering kandang.
Masa kering kering pada sapi perah dilakukan pada waktu kira-kira delapan minggu sapi menjelang melahirkan anaknya. Pada masa ini pemerehan di hentikan total dengan tujuan memberi kesempatan sapi untuk beristirahat serta mengoptimalkan peran pakan ternak meningkatkan bobot yang ideal dan tepat untuk perkembangan janin bukan untuk produksi susu. Dengan adanya penanganan pemeliharaan sapi perah masa kering yang baik ini di harapkan juga menghasilkan bibit sapi perah yang unggul sehingga kebutuhan akan swasembada susu di Indonesia segera terpanuhi.
1.2.      Identifikasi Masalah
1.      Bagaimana pemeliharaan sapi perah masa kering sebelum melahirkan?
2.      Bagaimanakah pemeliharaan sapi perah masa kering setelah melahirkan  ?
3.      Sebutkan hal hal yang harus di perhatikan dalam pembuatan kandang sapi perah di daerah tropis


1.3.      Maksud dan Tujuan
·         Menjelaskan prosedur pemeliharaan sapi perah masa kering sebelum melahirkan.
·         Menjelaskan prosedur pemeliharaan sapi perah masa kering sesudah melahirkan.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pemeliharaan Sapi Perah
Sebagai ternak ruminansia yang menghasilkan susu, sapi perah merupakan komoditi ternak yang perlu mendapatkan perhatian serius dalam peningkatan kualitas serta kuantitas produksinya. Dalam pemeliharaannya, ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh penting terhadap hasil produksi sapi tersebut, diantaranya suhu, kondisi kandang, sanitisi kandang, kebutuhan pakan, kelembaban, dan kondisi lingkungan sekitar. Pada dasarnya secara umum pemeliharaan sapi perah meliputi pemeliharaan sapi dara dan bunting, pemeliharaan sapi laktasi, pemeliharaan sapi kering kandang, dan pemeliharaan pedet (Blakely dan Bade, 1998).
Sapi memerlukan pemeliharaan badan khusus, antara lain ; a) daki, lapisan kulit paling atas adalah lapisan kulit mati sehingga kulit akan mengeluarkan peluh yang bercampur bau hingga kulit kotor oleh daki.    b) kotoran, sapi akan membuang kotoran setiap waktu dan akan berbaring di tempat tersebut maka kotoran harus di bersihkan. Selanjutnya untuk perwatan kulit bisa dilakukan dengan cara memandikan dan menyikat kulit sapi tersebut dan kalau ada bulu-bulu yang tebal dan tumbuh di daerah ambing, kaki belakang, serta lipatan paha belakang untuk menghindarkan melekatnya kotoran yang tebal.
Tujuan dari pembersihan badan sapi yaitu, a) menjaga kesehatan sapi agar bekteri maupun kuman-kuman tidak berinfeksi dan juga pengaturan suhu badan serta peredaran darah tidak terganggu, b) menjaga produksi susu agar bisa selalu stabil, c) menghindarkan bulu-bulu sapi yang rontok ke dalam air susu yang kita perah (Muljana dalam Adika Putra, 2009).
Selain kebersihan ternak, hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah adalah kondisi kandang yang cocok untuk ternak tersebut. Kandang yang ideal untuk ternak sapi perah harus terdapat saluran pembuangan air, kelembabannya terjaga serta keadaan harus tetap kering.

2.2  Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Sebelum Melahirkan
Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga  untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.
Dalam pelaksanaan masa kering sapi perah dilakukan dengan dua sistem, yaitu secara fisiologis dan secara mekanis. Secara fisiologis dilakukan dengan cara memperhatikan kebutuhan konsumsi pakan serta keadaan kandang yang baik untuk sapi masa kering. Sedangkan secara mekanis adalah adanya variasi pemerahan mulai dari pemerahan secara berselang, pemerahan secara tidak lengkap, dan pemerahan secara tiba-tiba.

2.3  Kebutuhan Konsumsi Pakan Sapi Perah Masa Kering
Pada saat sapi perah dalam kondisi  kering, kebutuhan akan konsumsi pakan penting untuk di perhatikan. Hal ini di maksudkan untuk menjaga kesehatan sapi itu sendiri serta untuk menjaga kesehatan kandungan ternak tersebut. Pada kondisi ini komposisi ransum perlu dilakukan perhitungan secara optimal guna untuk meminimalkan problem metabolik pada atau setelah beranak serta untuk meningkatkan produksi susu pada masa laktasi berikutnya.
Secara umum pada konsisi kering ini, ternak diberikan sedikit hijauan dan pengurangan bahkan penghentian pemberian konsentrat pada masa awal kering, sedangkan pada akhir masa kering hijauan diberikan dalam jumlah seperti biasa dan diikuti dengan penambahan konsentrat. Ransum harus diformulasikan untuk memenuhi kebutuhannya yang spesifik: maintenance, pertumbuhan foetus, pertambahan bobot badan.  Panda kondisi ini konsumsi BK ransum harian yang diberikan pada ternak tidak boleh melebihi dari 2% berat badan, konsumsi hijauan minimal 1% berat badan. Setengah dari 1% BB (konsentrat) per hari biasanya cukup untuk program pemberian pakan sapi kering. Pada masa kering, sapi perah harus di tekan jangan sampai terlalu gemuk atau BCS nya melebihi standar untuk sapi bunting (2,5 – 3). Hal ini dimaksudkan agar sapi tersebut tidak ada kendala dalam proses kelahiran nantinya. Komposisi  hijauan kualitas rendah, seperti grass hay, baik diberikan pada kondisi ini dengan tujuan untuk membatasi konsumsi hijauan. Pada kondisi kering kebutuhan protein yang dikonsumsi sapi perah sebesar 12 % sudah cukup untuk menjaga kesehatan ternak tersebut. Kebutuhan Ca dan P sapi kering harus dipenuhi, tetapi perlu dihindari pemberian yang berlebihan; kadang-kadang ransum yang mengandung lebih dari 0,6% Ca dan 0,4% P meningkatkan kejadian milk fever. Trace mineral, termasuk Se, harus disediakan dalam ransum sapi kering. Juga, jumlah vitamin A, D. dan E yang cukup dalam ransum untuk mengurangi kejadian milk fever, mengurangi retained plasenta, dan meningkatkan daya tahan pedet. Sedikit konsentrat perlu diberikan dalam ransum sapi kering dimulai 2 minggu sebelum beranak, bertujuan:
·         Mengubah bakteri rumen dari populasi pencerna hijauan seluruhnya menjadi populasi campuran pencerna hijauan dan konsentrat;
·         Meminimalkan stress terhadap perubahan ransum setelah beranak.

2.4  Kebutuhan Kondisi Kandang Sapi Perah Masa Kering
Keberadaan kandang untuk sapi yang akan beranak atau kandang kering kandang sangat penting. Hal ini disebabkan  sapi yang akan beranak memerlukan exercise atau latihan persiapan melahirkan (bisa  berupa jalan-jalan di dalam kandang) untuk merangsang kelahiran normal. Di kandang ini, sapi tidak diperah susunya selama sekitar 80 hari . Dengan demikian, pakan yang di makan hanya untuk kebutuhan anak yang berada didalam kandungannya  dan kebutuhan hidupnya dalam mempersiapkan kelahiran.      Kandang sapi kering dapat dibuat secara koloni  untuk 3 – 4 ekor sapi tanpa disekat  satu sama lain. Ukuran ideal kandang sapi kering per ekor adalah 2-2,5 x 7 x 1 m (lebar 2-2,5 m , panjang 7 m dan tinggi 1 m).  Ukuran tempat pakan sama dengan ukuran tempat pakan di kandang sapi masa produksi , tempat pakan ini bias ditempatkan di tengah kandang. Untuk sapi bunting masa kering kemiringan kandang tidak boleh melebihi dari 50 hal ini bertujuan agar ternak tersebut tidak tergelincir yang bisa menyebabkan gangguan pada janin yang di kandung.

2.5  Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan
Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut :
a)        Pemerahan berselang yaitu  pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari. Selanjutnya satu hari diperah dan hari berikutnya tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak diperah sama sekali.
b)       Pemerahan tidak lengkap  yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari berikutnya bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan pada sapi yang mempunyai kemampuan produksi tinggi
c)        Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini didahului dengan tidak memberikan makanan penguat 3 hari sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan memperkecil gangguan kesehatan pada ambing, bila kombinasikan dengan cara pemerahan berselang.
Didalam persiapan laktasi mendatang, yang penting diperhatikan adalah menjaga makanan tetap baik, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering. Periode kering sangat diperlukan bagi sapi perah yang sedang laktasi agar sapi dapat menyimpan energi yang cukup untuk laktasi berikutnya
·         Periode kering yang ideal (6-8) minggu sebelum partus, pengeringan lebih lama akan lebih baik dibandingkan pengeringan yang pendek
·         Periode kering lebih dari 60 hari memberikan produksi susu pada masa laktasi berikutnya realatif kecil, tapi untuk laktasi yang sedang berjalan cukup berpengaruh
·         Pada saat periode pengeringan perlu diberikan perlakuan steaming-up (2-4) minggu sebelum partus untuk persiapan kelahiran.

2.6  Pemeliharaan Sapi Perah Masa Kering Setelah Melahirkan
Setelah melahirkan (partus) sapi perah tidak boleh langsung diambil susunya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kecukupan gizi anak sapi yang baru dilahirkan. Karena pada masa sapi setelah melahirkan, susu yang di produksi berupa colostrum yang berguna bagi anak sapi untuk menambah kekebalan tubuh atau sebagai anti bodi pada pedet yang baru lahir. Colostrum di produksi oleh induk sapi sekitar 7 – 10  hari .
Konsumsi pakan yang di butuhkan pada sapi induk setelah melahirkan dengan kebutuhan hijauan dan konsentrat yang seimbang dan diberikan secara id libitum  sehingga kebutuhan nutrisi yang di butuhkan oleh ternak tersebut dapat terpenuhi. Kebutuhan air minum pada sapi setelah melahirkan akan meningkat dibanding dengan kondisi biasa. Hal ini di karenakan air membantu mencerna makanan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut untuk memproduksi susu guna untuk mencukupi kebutuhan gizi pada anak yang baru dilahirkannya. Pada sapi setelah melahirkan kebutuhan mineral dan vitamin juga perlu diperhatikan karena ini akan berpengaruh terhadap kualitas  susu yang di hasilkan.


2.7  Model Kandang Modern Sapi Perah.
Pengembangan sistem kandang modern didorong oleh kawanan ternak yang semakin besar, produksi per sapi yang meningkat, serta mekanisasi dan otomatisasi dalam cara pemberian pakan dan pemerahan susu. Pemerahan bisa berlangsung lebih praktis dan cepat dan di ruang terbuka, tidak seperti dalam petak kandang (stall).Salah satu faktor kunci dalam peternakan modern ialah efisiensi kerja.Ini menuntut tipe perkandangan yang kompak dan terancang dengan baik. Beberapa faktor yang akan memengaruhi rancangan itu meliputi ukuran, cara pemerahan, cara pemberian pakan, tenaga kerja, ruang yang tersedia, dan seterusnya. Kandang sapi modern  berukuran panjang 24 m dan lebar 10 m , dengan 3 buah bejana terbuat dari pasangan batu bata, masing – masing 2 buah tempat pakan di pinggir, dan tempat minum disamping. Dengan lantai terbuat dari cor beton bertulang untuk mempermudah pembersihan kotoran sapi, ukuran kandang sepanjang 24 m dan lebar 10 m dan dipisahkan oleh bejana air minum. Pintu kandang terbuat dari tiang dari pipa setebal 80 mm, diberi penguat besi sling untuk perkuatan karena lebar pintu hampir 5 m , konstruksi pagar mendatar dapat menggunakan pipa diameter 50 mm.













2.8  Model Perkandangan yang Cocok di Indonesia (daerah Tropis)
Kebutuhan kandang sapi perah di negara iklim  tropis lebih sederhana bila dibandingkan dengan negara sub tropis yang lebih dingin, sehingga di negara tropis kandang tetap dibutuhkan untuk melindungi ternak pada malam hari, panas terik sinar matahari, dan hujan  lebat juga mempermudah pemeliharaan. Bangunan yang sederhana cukup dibangun kandang pedet, sapi dara dan sapi dewasa  untuk menjaga ternak dari binatang predator. Kandang sapi perah dapat dibangun dalam skala kecil di daerah tropis dengan pertanian intensif, sistem pemerahan yang berkesinambungan dan persediaan  pakan ternak  untuk  mencukupi produksi susu dan pokok hidup sapi.
Suhu udara di Indonesia pada umumnya tinggi yaitu antara 24 – 34oC, dan kelembaban udara juga tinggi yaitu antara 60 - 90%. Hal ini dapat menyebabkan proses penguapan dari tubuh sapi terhambat sehingga sapi mengalami cekaman panas. Tingginya suhu dan kelembaban udara tersebut disebabkan oleh radiasi matahari yang tinggi, sehingga lokasi peternakan sapi perah di Indonesia akan lebih baik jika berada pada ketinggian di atas 800 m d.p.l. Selain radiasi, produksi panas hewan yang berupa panas laten dan panas sensible, tinggi, luas, bahan atap dan bukaan ventilasi yang kurang tepat merupakan penyebab naiknya suhu dan kelembaban udara dalam kandang sapi perah. Salah satu upaya untuk menurunkan suhu dan kelembaban udara di dalam kandang yaitu dengan sistem ventilasi agar terjadi pertukaran udara di dalam dan luar kandang dengan baik sehingga panas dalam kandang dapat diminimalisir.Pada ventilasi alamiah, pertukaran udara terjadi jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan bangunan dan angin. Luas bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang .
Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang yang baik, diperlukan analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang.Pada ventilasi alamiah, pertukaran udara terjadi jika ada perbedaan tekanan melalui bukaan bangunan dan angin. Luas bukaan ventilasi sangat mempengaruhi pola aliran dan distribusi udara dalam kandang yang dapat menentukan besarnya distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang .Untuk memperoleh luas bukaan ventilasi (alamiah) yang menghasilkan distribusi suhu dan kelambaban udara dalam kandang yang baik, diperlukan analisis sifat dan pola aliran serta distribusi udara dalam kandang. Tipe kandang yang dapat di gunakan di Indonesia :
a.      Kandang Terbuka
Kandang Terbuka adalah kandang yang semua sisinya terbuka.
Kelebihan :
a.       Biaya pembangunan murah
b.      Biaya oprasional murah
c.       Tidak ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati  maka sistem akan terganggu.
Kekurangan :
a.       Perlindungan terhadap penyakit kurang baik
b.      Perlindungan terhadap factor lingkungan kurang baik

b.      Kandang Tertutup
Tujuan membangun kandang tertutup adalah:
1.      Untuk menyediakan udara yang sehat bagi ternak (sistem ventilasi yang baik) yaitu udara yang menghadirkan sebanyak-banyaknya oksigen, dan mengeluarkan sesegera mungkin gas-gas berbahaya seperti karbondioksida dan amonia.
2.      Menyediakan iklim yang nyaman bagi ternak. Untuk menyediakan iklim yang kondusif bagi ternak dapat dilakukan dengan cara: mengeluarkan panas dari kandang yang dihasilkan dari tubuh ternak dan lingkungan luar, menurunkan suhu udara yang masuk serta mengatur kelembaban yang sesuai.
3.      Meminimumkan tingkat stress pada ternak.
Kelebihan :
a.       Perlindungan ternak terhadap penyakit dapat di maksimalkan.
b.      Tenak tidak terpengaruh dengan lingkungan luar
Kekurangan :
a.       Biaya pembangunan mahal
b.      Biaya oprasional mahal
c.       Ketergantungan dengan listrik, karena apabila listrik mati maka sistem akan terganggu.

2.9  Pemasaran Produk
2.9.1        Pemasaran Produk (Product)
Yaitu mencakup pemilihan barang atau jasa yang ditawarkan secara tepat. Produk utama dalam usaha ini adalah tentunya susu. Pemilihan usaha harus dilandasi dengan target pasar. Semakin baik kualitas susu yang dihasilkan maka semakin tinggi penjualan produk susu ke masyarakat, tentu saja dengan harga yang terjangkau. Susu sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan anak maupun yang sudah dewasa, selain enak rasanya susu juga mengandung banyak gizi dan kalsium yang baik untuk pertumbuhan tulang maupun otak. Hanya saja kesadaran masyarakat Indonesia akan kebutuhan susu setiap hari masih kurang karena terhambat oleh perekonomian. Jadi, bagaimana para pengusaha susu lokal untuk menghasilkan susu yang berkualitas baik ataupun dengan harga yang dijangkau masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan jika ada pengaturan harga dan pengemasan yang murah sehingga dapat dikontrol dan ditekan harga jualnya. Terdapat produk lain, yaitu dengan cara mengolah susu tersebut menjadi berbagai macam produk seperti susu pasteurisasi, yoghurt, keju, dan lain sebagainya. Proses pengemasan (packaging) yaitu produk yang sudah dikemas menarik, dengan kualitas tertentu bernilai jual tinggi biasanya dipasarkan ke supermarket terdekat, mall atau ke pabrik pengolahan susu.
2.9.2        Pemasaran Harga (Price)
Yaitu mencakup penetapan harga jual barang yang sesuai dengan kualitas barang dan dapat terjangkau konsumen. Setiap hari, variasi konsumsi susu tidak berubah banyak, tidak ada musiman, dengan harga susu dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami perubahan. Susu tidak ditentukan dengan hari atau tanggal khusus karena dibutuhkan setiap harinya sehingga produksi dan penjualan susu cenderung stabil bahkan meningkat. Peternak sapi perah bisa memperoleh hasil dalam dua minggu atau sebulan sekali dan berlangsung secara tetap sepanjang tahun. Hasil produksi utama sapi perah adalah susu, harus hati-hati pula terhadap harga karena adanya saingan berupa susu impor, sehingga harga susu dalam negeri atau lokal harus lebih murah. Harga induk sapi perah lokal bunting 4 bulan, sekitar Rp 5.000.000- Rp 6.000.000. Berarti, kalau kita ingin memelihara sekaligus 10 induk sapi perah, maka investasi bibit sudah mencapai Rp 50.000.000 berupa sapi perah lokal dan 90.000.000 berupa induk sapi perah impor. Dari 100 anak sapi (pedet) itu, 50 ekor berkelamin jantan hingga bisa berkontribusi sebagai sapi potong. Harga anak sapi perah (pedet) jantan ini biasanya mengikuti harga kiloan hidup, yakni Rp 10.500 per kg. Baik yang impor maupun yang lokal. Jadi seekor anak sapi perah (pedet) jantan seberat 100 kg, nilainya Rp 1.050.000 Tetapi rata-rata peternak sudah menjual anak sapi perah (pedet) jantannya dengan berat 70 kg dengan harga Rp 735.000 per ekor. Sebenarnya hasil sampingan peternakan sapi perah masih ada, yakni berupa pupuk kandang.
2.9.3        Pemasaran Tempat (Place)
Yaitu cara pendistribusian barang atau jasa sehingga sampai ke tangan konsumen. Tempat dalam hal ini adalah sebuah toko atau pasar dimana produk didistribusikan. Memilih tempat yang strategis mampu di akses oleh pasar, konsumen dan proses transportasi (dalam hal pendukung kegiatan produksi). Oleh karena itu, tempat yang strategis mempengaruhi hasil pemasaran, dalam hal ini tempat yang startegis berkaitan dengan produk dan olahan yang dihasilkan dari peternakan sapi perah tersebut apabila yang dijual adalah susu murni maka di distribusikan ke KUD atau langsung ke pabrik pengolahan susu. Tetapi jika ingin mengolah susu murni menjadi berbagai produk lain, seperti susu pasteurisasi, yoghurt, dan keju, maka didistribusikan langsung ke konsumen atau pasar, mall, supermarket, dan lain sebagainya. Tentu saja dengan pengemasan yang menarik tetapi tidak menaikkan harga dengan tinggi dan kualitasnya tetap terjaga. Jenis transportasi yang digunakan untuk mendistribusikan ke pasar atau kosumen biasanya menggunakan mobil box yang memilki pendingin atau dimasukkan dahulu ke dalam pendingin. Jika mengirimkan ke KUD atau pabrik biasanya susu dimasukkan ke dalam milk can (tangki susu) untuk menjaga kualitas susu.
2.9.4        Pemasaran Promosi (Promotion)
Yaitu mencakup pemilihan kebijakan promosi yang tepat dan sesuai dengan barang atau jasa yang ditawarkan. Efisiensi sapi perah dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori hingga saat ini belum tertandingi oleh hewan jenis lainnya. Selain menghasilkan susu, sapi perah juga menghasilkan pedet, dan daging pada sapi perah yang telah mengalami afkir. Syarat sapi untuk dapat menghasilkan susu adalah bunting dan kemudian melahirkan. Dengan demikian, sapi yang memproduksi susu pasti telah menghasilkan pedet (anak sapi). Biasanya, jika pedetnya jantan, bisa dijual untuk sapi potong, sedangkan jika pedetnya betina, bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu. Usaha peternakan sapi perah menggunakan tenaga kerja yang tetap secara terus-menerus sepanjang tahun. Tenaga kerja tidak ada waktu untuk menganggur. Dengan demikian, peternak bisa mengangkat pekerja yang baik dan mengurangi tingkat pengangguran. Pakan yang relatif mudah dan murah, karena sapi perah bisa mengonsumsi berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil pertanian, seperti jerami, jagung, dedak, serta sisa-sisa pabrik, misalnya bungkil kelapa, bungkil kacang tanah, ampas tahu, ampas bir, dan ampas kecap. Dengan demikian, ketersediaan pakan tidak menjadi masalah dalam beternak sapi perah.




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di uraikan  di atas maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut :
1.         Pengeringan adalah menghentikan pemerahan selama ± 80 hari  menjelang sapi melahirkan kembali pada sapai-sapi yang mengalami periode laktasi kedua dan seterusanya. Periode yang kering, maka yang optimal bila masa istirahat dapat diberikan kepada organ yg mengeluarkan susu dan gizi dalam makanan dan pakan ternak dapat digunakan sangat dibutuhkan untuk mendapatkan bobot dari sapi dan tepat perkembangan janin bukan produksi susu.
2.         Faktor-faktor yang mempengaruhi periode kering bunting pada sapi perah bunting adalah metode pengeringan, kondisi ternak.
3.         Metode/ cara pengeringan dapat dilakukan dengan tiga cara: 1. Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari, 2. Pemerahan tidak lengkap yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara bergantian, dan 3. Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini dilakukan dengan tiba-tiba.


DAFTAR PUSTAKA

Blakely, J. dan H. Bade, D. 1994.Ilmu Peternakan. Edisi keempat. Gadjah Mada   University Press. Yogyakarta.(Diterjemahkan oleh Bambang Srigondono).

Davis, R.F. 1962. Modern Dairy Cattle Management. Prentice Hall, Inc. Amerika Serikat

Ensminger, M. E. 1971. Dairy Cattle Science.First Edition. The Inter State Printers Publisher, Inc. Dancilles, Illionois

Putra, A. R. 2004. Kondisi teknis peternakan sapi perah rakyat di Kelurahan Pondok Rangon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultan Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rohmad. 2011. Pemeliharaan Sapi Perah. http://www.rohmad.com/2011/11/ meraup-untung-dari-sapi-perah.html. Diakses pada tanggal 20 Oktober 2014

Santosa, U. 1997. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soetardi, T. 1995. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Pakan. Prosiding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Sudarmono. 1993. Kandang Ternak Perah. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Frey, J.K.R., Frahm, J.V. Whitemen J.E., Tamer & D.F. Stephen. 1972. Evaluation of Cow Type Classification Score and Its Relationship to Cow Productivity. J. of An. Sci., 31 : 171 (Abstr)

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990.Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. (diterjemahkan oleh Bambang Srigandono).

2 comments: