VIRUS EBOLA
PENGERTIAN VIRUS
EBOLA
Apa itu Ebola?
Menurut informasi yang banyak beredar memberikan kesimpulan bahwa pengertian
Ebola seperti disebutkan oleh Wikipedia sebagai berikut:
Ebola adalah
sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae, dan juga nama dari
penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Gejala-gejalanya antara lain
muntah, diare, sakit badan, pendarahan dalam dan luar, dan demam. Tingkat
kematian berkisar antara 80% sampai 100%. Asal katanya adalah dari sungai Ebola
di Kongo.
Penyakit Ebola
dapat ditularkan lewat kontak langsung dengan cairan tubuh atau kulit. Masa
inkubasinya dari 2 sampai 21 hari, umumnya antara 5 sampai 10 hari. Saat ini
telah dikembangkan vaksin untuk Ebola yang
100% efektif
dalam monyet, namun vaksin untuk manusia belum ditemukan.
Sejauh ini,
Ebola adalah penyakit yang paling mematikan diseluruh dunia. Kesempatan untuk
hidup jika terinfeksi penyakit ini masih 0% alias tidak mungkin, dan sampai
sekarang masih dicari vaksinnya. Penderita biasanya bisa langsung meninggal
dalam siklus 6 hari sampai 20 hari, alias sangat cepat. Sekarang bisa dikatakan
bahwa Ebola adalah penyakit yang paling dihindari untuk terjangkit diseluruh
dunia.
Penyebaran
Virus Ebola
Ebola adalah penyakit mematikan yang
disebabkan oleh virus dan menyebar melalui kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh penderita seperti urin, tinja, air liur, serta air mani. Dalam hal
ini, ‘kontak langsung’ berarti darah atau cairan tubuh lain seperti air liur
atau ingus penderita yang langsung menyentuh hidung, mata, mulut, atau luka
seseorang yang terbuka.
Kelompok orang yang berisiko tinggi
tertular virus ini umumnya adalah keluarga yang tinggal serumah dengan
penderita atau orang yang merawat penderita seperti petugas medis. Jika ada
anggota keluarga Anda yang diduga menderita Ebola, Anda sebaiknya tidak
merawatnya sendiri di rumah dan segera membawanya ke rumah sakit. Selama
dirawat, penderita Ebola akan menjalani pemantauan secara ketat dan pemeriksaan
laboratorium secara rutin karena mereka tetap dapat menularkan penyakit ini
selama darah dan cairan tubuhnya masih mengandung virus.
Lingkungan sekitar yang
terkontaminasi virus Ebola juga berisiko menularkan penyakit ini. Misalnya,
pakaian, seprai, dan jarum suntik bekas penderita. Karena itu, petugas medis
yang merawat penderita Ebola perlu meningkatkan kewaspadaan dan memaksimalisasi
perlindungan yang digunakan.
Tidak seperti pada kasus flu atau cacar air
ketika air liur yang di udara dapat menularkan virus ke orang lain, cairan
tubuh penderita Ebola perlu kontak langsung untuk menular. Tetesan air liur
atau ingus penderita Ebola yang tidak sengaja bersin atau batuk hanya dapat
menularkan virus jika terkena hidung, mata, mulut, serta luka terbuka
seseorang. Oleh karena itu, penularan Ebola melalui batuk atau bersin tidak
umum terjadi.
Walau jarang, penularan Ebola juga
dapat terjadi di tempat-tempat umum selain di rumah sakit seperti bandara,
restoran, sekolah, serta kantor.
VIRUS HIV
Pengertian, Gejala, dan Cara Pencegahan HIV AIDS
Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS
merupakan sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency
Virus .Virus AIDS menyerang sel darah putih khusus yang disebut dengan
T-lymphocytes
HIV
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
Tanda
pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV
akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya
akan menurun karena serangan demam yang berulang.
Sistem
tahapan infeksi WHO
1.
Pada
tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan
kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi
dengan HIV-1. Sistem ini diperbarui pada bulan Septembertahun 2005. Kebanyakan
kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang
sehat.
2.
Stadium
I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS
3.
Stadium
II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang saluran pernapasan
atas yang berulang
4.
Stadium
III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama lebih dari
sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.
5.
Stadium
IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau
paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah indikator
Penyebab, Gejala dan Akibat VIRUS HIV-AIDS
Penyakit HIV
AIDS sering dikaitkan dengan perilaku sex yang salah, hal ini karena awalnya
penyakit ini dijumpai pada mereka yang melakukan praktek homoseksual, namun
lama kelamaan, penyakit ini mulai banyak mengenai para pengguna narkoba melalui
alat suntik yang mereka pakai. AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah
penyakit yang mengakibatkan hilangnya kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya
infeksi penyakit. Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus Human
Immunodeficiency (HIV) yang terjadinya penurunan kekebalan tubuh pada
manusia.
HIV hanya dapat
ditularkan melalui kontak langsung melalui darah atau cairan tubuh dari
seseorang yang terinfeksi virus ini. Proses dari waktu terinfeksi HIV hingga
menjadi penyakit AIDS berlangsung cukup lama. Keadaan ini disebut masa
inkubasi, yang berlangsung antara 5 atau bahkan 10 tahun lamanya. Pada periode
ini, orang dewasa yang terinfeksi HIV Termasuk dalam perilaku hidup beresiko
adalah kebiasaan buruk menggunakan jarum suntik akibat ketergantungan narkoba
atau napza dan berganti-ganti pasangan seksual tanpa pengaman.
Para remaja dan orang dewasa muda yang terinfeksi HIV biasa tidak menunjukkan tanda-tanda/ gejala-gejala pada saat mereka terinfeksi. Bahkan, terkadang gejala-gejalanya baru kelihatan setelah 10 tahun atau lebih. Selama masa tersebut, mereka dapat menularkan virus tanpa mereka sendiri mengetahui bahwa mereka mengidap virus tersebut. Segera setelah gejala AIDS terlihat, penderita dapat kehilangan berat badan secara drastis, sangat mudah merasa kelelahan, mengalami pembengkakan limpa, diare berkepanjangan, berkeringat di malam hari, atau pneumonia. Akibatnya gejala AIDS ini mereka juga akan sangat rentan terkena infeksi yang dapat mengancam hidup mereka.
Para remaja dan orang dewasa muda yang terinfeksi HIV biasa tidak menunjukkan tanda-tanda/ gejala-gejala pada saat mereka terinfeksi. Bahkan, terkadang gejala-gejalanya baru kelihatan setelah 10 tahun atau lebih. Selama masa tersebut, mereka dapat menularkan virus tanpa mereka sendiri mengetahui bahwa mereka mengidap virus tersebut. Segera setelah gejala AIDS terlihat, penderita dapat kehilangan berat badan secara drastis, sangat mudah merasa kelelahan, mengalami pembengkakan limpa, diare berkepanjangan, berkeringat di malam hari, atau pneumonia. Akibatnya gejala AIDS ini mereka juga akan sangat rentan terkena infeksi yang dapat mengancam hidup mereka.
VIRUS RABIES
Rabies adalah penyakit virus yang menyebabkan neuroinvasive
ensefalitis akut (radang
otak) dalam hewan berdarah panas.
Hal ini zoonosis (yaitu, ditularkan oleh hewan), paling sering oleh gigitan
dari hewan terinfeksi tetapi kadang-kadang oleh bentuk-bentuk lain kontak.
Rabies hampir selalu fatal jika profilaksis pasca pajanan tidak diberikan
sebelum timbulnya gejala parah. Ini adalah pembunuh yang signifikan ternak di
beberapa negara.
Virus rabies perjalanan ke otak
dengan mengikuti saraf perifer. Masa inkubasi dari penyakit ini tergantung pada
seberapa jauh virus harus perjalanan untuk mencapai sistem saraf pusat,
biasanya mengambil beberapa bulan. Setelah infeksi mencapai sistem saraf pusat
dan gejala mulai menunjukkan, infeksi praktis diobati dan biasanya fatal dalam
hitungan hari.
Tahap awal gejala rabies adalah
malaise, sakit kepala dan demam, kemudian maju ke yang lebih serius, termasuk
nyeri akut, gerakan kekerasan, kegembiraan yang tak terkendali, depresi dan
ketidakmampuan untuk menelan air. Akhirnya, pasien mungkin mengalami periode
mania dan kelesuan, diikuti oleh koma. Penyebab utama kematian biasanya
insufisiensi pernapasan.
Istilah ini berasal dari bahasa
Latin''''rabies, "kegilaan". Hal ini, pada gilirannya, mungkin
terkait dengan bahasa Sansekerta''''rabhas, "untuk melakukan
kekerasan". Orang Yunani berasal kata "lyssa", dari
"Lud" atau "kekerasan"; akar ini digunakan dalam nama genus
rabies''lyssavirus''.
Pada manusia tidak divaksinasi,
rabies hampir selalu fatal setelah gejala neurologis telah dikembangkan, tetapi
segera pasca pajanan vaksinasi dapat mencegah virus dari kemajuan. Rabies
membunuh sekitar 55.000 orang per tahun, sebagian besar di Asia dan Afrika.
Hanya ada enam kasus yang diketahui dari orang hidup rabies gejala, dan hanya
tiga kasus yang diketahui bertahan hidup di mana pasien tidak menerima
pengobatan rabies tertentu baik sebelum atau setelah onset penyakit.
PENYEBAB
Penyakit rabies
disebabkan oleh virus rabies yang termasuk virus ribonucleic acid
(RNA). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan
virus keluarga Rhabdoviridae ini setidaknya punya 3 jenis virus hewan
yaitu Lyssavirus, Ephemerovirus, dan Vesiculovirus.
Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus.
Penularan rabies
pada manusia terjadi paling banyak karena masuknya air liur hewan terinfeksi ke
tubuh melalui kulit yang terluka atau tergores akibat gigitan. Bisa juga, walau
jarang terjadi, akibat kontak liur hewan penular rabies dengan selaput
lendir/mukosa penderita. Jika kulit sudah terluka kecil atau tergores
sebelumnya, walau bukan karena gigitan hewan, jilatan air liur bervirus rabies
pun mampu mengakibatkan penyakit ini. Yang disebut terakhir memang lebih kecil
risikonya dibanding gigitan langsung yang dalam, lebar, dan banyak. Jalur lain
yang lebih jarang adalah melalui kontak kulit yang luka atau selaput lendir
dengan jaringan otak hewan pembawa virus serta melalui hirupan aerosol.
VIRUS POLIO
Pengertian,
Penyebab, Gejala, Pengobatan dan Pencegahan Poliomielitis, Artikel atau
Makalah kesehatan kali ini akan mengulas informasi tentang penyakit
Poliomielitis, yang didalamnya menjelaskan definisi atau pengertian penyakit,
tanda tanda dan gejala atau ciri ciri yang muncul atau timbul, penyebab
penyakit tersebut, diagnosa medis (bukan keperawatan) yang muncul, serta cara
pengobatan dan pencegahan atau penanggulangan penyakit Poliomielitis, dan
komplikasinya.
DEFINISI
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.
Polio (Poliomielitis) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang menyerang seluruh tubuh (termasuk otot dan saraf) dan bisa menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen, kelumpuhan atau kematian.
PENYEBAB
Penyebabnya adalah virus polio.
Penyebabnya adalah virus polio.
Penularan
virus terjadi melalui beberapa cara:
Secara
langsung dari orang ke orang
Melalui
percikan ludah penderita
Melalui
tinja penderita.
Virus
masuk melalui mulut dan hidung, berkembangbiak di dalam tenggorokan dan saluran
pencernaan, lalu diserap dan diserbarkan melalui sistem pembuluh darah dan
pembuluh getah
bening.
Resiko
terjadinya polio:
Belum
mendapatkan imunisasi polio
Bepergian
ke daerah yang masih sering ditemukan polio
Kehamilan
Usia sangat lanjut atau sangat muda
Usia sangat lanjut atau sangat muda
Luka
di mulut/hidung/tenggorokan (misalnya baru menjalani pengangkatan amandel atau
pencabutan gigi)
Stres
atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stres emosi dan fisik dapat
melemahkan
sistem
kekebalan tubuh).
GEJALA
Terdapat
3 pola dasar pada infeksi polio: Infeksi subklinis
Non-paralitik
Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Non-paralitik
Paralitik.
95% kasus merupakan infeksi subklinis. Poliomielitis klinis menyerang sistem saraf pusat (otak dan korda spinalis) serta erbagi menjadi non-paralitik serta paralitik. Infeksi klinis bisa terjadi setelah penderita sembuh dari suatu infeksi subklinis.
Infeksi
subklinis (tanpa gejala atau gejala berlangsung selama kurang dari 72 jam)
demam
ringan
sakit kepala
tidak enak badan
nyeri tenggorokan
tenggorokan tampak merah
muntah.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
demam sedang
sakit kepala
kaku kuduk
muntah
diare
kelelahan yang luar biasa
rewel
nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
kejang dan nyeri otot
nyeri leher
nyeri leher bagian depan
kaku kuduk
nyeri punggung
nyeri tungkai (otot betis)
ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
kekakuan otot.
Poliomielitis paralitik
demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
sakit kepala
kaku kuduk dan punggung
kelemahan otot asimetrik
onsetnya cepat
segera berkembang menjadi kelumpuhan
lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
sulit untuk memulai proses berkemih
sembelit
perut kembung
gangguan menelan
nyeri otot
kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
ngiler
gangguan pernafasan
rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
refleks Babinski positif.
sakit kepala
tidak enak badan
nyeri tenggorokan
tenggorokan tampak merah
muntah.
Poliomielitis non-paralitik (gejala berlangsung selama 1-2 minggu)
demam sedang
sakit kepala
kaku kuduk
muntah
diare
kelelahan yang luar biasa
rewel
nyeri atau kaku punggung, lengan, tungkai, perut
kejang dan nyeri otot
nyeri leher
nyeri leher bagian depan
kaku kuduk
nyeri punggung
nyeri tungkai (otot betis)
ruam kulit atau luka di kulit yang terasa nyeri
kekakuan otot.
Poliomielitis paralitik
demam timbul 5-7 hari sebelum gejala lainnya
sakit kepala
kaku kuduk dan punggung
kelemahan otot asimetrik
onsetnya cepat
segera berkembang menjadi kelumpuhan
lokasinya tergantung kepada bagian korda spinalis yang terkena
perasaan ganjil/aneh di daerah yang terkena (seperti tertusuk jarum)
peka terhadap sentuhan (sentuhan ringan bisa menimbulkan nyeri)
sulit untuk memulai proses berkemih
sembelit
perut kembung
gangguan menelan
nyeri otot
kejang otot, terutama otot betis, leher atau punggung
ngiler
gangguan pernafasan
rewel atau tidak dapat mengendalikan emosi
refleks Babinski positif.
VIRUS DBD
Pengertian
Dan Penyebab Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Pengertian
DBD
Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyakit virus DBD dikirim oleh nyamuk demam berdarah Aedes melalui aeghipty. Virus ini tergolong dalam serotipe flaviviruses, diantaranya spesifikasi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Dalam penyeranganya pada wanita, Aedes aegypti menghisap darah manusia yang terinfeksi oleh virus dan virus ini dapat berkembang anrata 8-10 hari dan tumbuh di nyamuk. Sampai kini, nyamuk menyebar kepada orang kesehatan dan menggigitnya. Aedes aegypti membawa beberapa jenis virus yang menyebar melalui air liur dalam sel-sel darah yang sehat. Dan ketika orang pulih, pasien akan menjadi kebab terhadap virus yang sama terus untuk hidupnya. Tetapi ketika virus yang lain memasuki badan, kekebalan yang pertama virus tidak berlaku. Sehingga seseorang yang Anda tahu penyakit Demam berdarah empat kali, dengan virus yang berbeda itu.
VIRUS HEPATITIS
Hepatitis
Hepatitisadalah
peradangan pada hati
karena toxin, seperti kimia atau obat ataupun agen penyebab infeksi. Hepatitis yang
berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut", hepatitis
yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".
Penyebab
Hepatitis
biasanya terjadi karena virus, terutama salah satu dari kelima virus hepatitis, yaitu
A, B, C, D atau E. Hepatitis juga bisa terjadi karena infeksi virus lainnya,
seperti mononukleosis infeksiosa, demam kuning dan infeksi sitomegalovirus.
Penyebab hepatitis non-virus yang utama adalah alkohol dan obat-obatan.
Jenis Virus Hepatitis
- Virus hepatitis A
Virus hepatitis A
terutama menyebar melalui vecal oral. Penyebaran ini terjadi akibat buruknya
tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah yang
penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.
- Virus hepatitis B
Penularannya
tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B
ditularkan melalui darah atau produk darah. Penularan biasanya terjadi di
antara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau di antara
mitra seksual (baik heteroseksual maupun pria homoseksual).
Ibu hamil yang
terinfeksi oleh hepatitis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses
persalinan. Hepatitis B bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus
hepatitis B. Di daerah Timur Jauh dan Afrika, beberapa kasus hepatitis B
berkembang menjadi hepatitis menahun, sirosis dan kanker
hati.
- Virus hepatitis C
Menyebabkan
minimal 80% kasus hepatitis akibat transfusi darah. Virus hepatitis C
ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang menggunakan jarum
bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan seksual. Untuk alasan
yang masih belum jelas, penderita "penyakit hati alkoholik"
seringkali menderita hepatitis C.
- Virus hepatitis D
Hanya terjadi
sebagai rekan-infeksi dari virus hepatitis B dan virus hepatitis D ini
menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang memiliki risiko
tinggi terhadap virus ini adalah pecandu obat.
- Virus hepatitis E
Virus hepatitis E
kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis A, yang hanya terjadi di
negara-negara terbelakang.
- Virus hepatitis G
Jenis baru dari
virus hepatitis yang telah terdeteksi baru-baru ini. namun belum terlalu
diketahui.
Virus-virus
lain yang dapat menyebabkan hepatitis:
Hepatitis A
biasanya akan sembuh dengan sendirinya tanpa menjadi kronis. Setelah sembuh,
maka akan kebal terhadap Hepatitis A, tetapi tidak kebal terhadap jenis
penyakit hepatitis yang lain.
5 persen dari penderita Hepatitis B akan menjadi kronis, karena tidak ditangani dengan baik.
Pada pemakai narkoba suntikan yang menggunakan jarum bersama-sama yang marak pada masa lampau, maka 18 persen tertular Hepatitis B, 40 persen tertular HIV dan 70 persen tertular Hepatitis C. Jadi Hepatitis C sangat mudah menular melalui transfer cairan (virulen).
Penderita Hepatitis C sebenarnya hanya 0,8 persen, tetapi sebagian besar akan menjadi kronis, sehingga jumlah penderita kronisnya hampir sama dengan penderita Hepatitis B kronis, yaitu sekitar 1 juta orang.[1]
5 persen dari penderita Hepatitis B akan menjadi kronis, karena tidak ditangani dengan baik.
Pada pemakai narkoba suntikan yang menggunakan jarum bersama-sama yang marak pada masa lampau, maka 18 persen tertular Hepatitis B, 40 persen tertular HIV dan 70 persen tertular Hepatitis C. Jadi Hepatitis C sangat mudah menular melalui transfer cairan (virulen).
Penderita Hepatitis C sebenarnya hanya 0,8 persen, tetapi sebagian besar akan menjadi kronis, sehingga jumlah penderita kronisnya hampir sama dengan penderita Hepatitis B kronis, yaitu sekitar 1 juta orang.[1]
Pencegahan
Vaksin
Vaksin
tersedia untuk pencegahan hepatitis A dan B yang merupakan vaksin tunggal
ataupun vaksin gabungan. Kekebalan terhadap Hepatitis A
mencapai 99-100% sebulan setelah menerima vaksin yang ke-2 kalinya (vaksin yang
kedua 6 bulan kemudian setelah yang pertama). Vaksin hepatitis A tidak boleh
digunakan untuk yang berusia di bawah satu tahun.[2]
Vaksin Hepatitis B
telah tersedia sejak tahun 1986 dan telah diterapkan sedikitnya pada 177
program nasional imunisasi untuk anak-anak. Kekebalan terjadi pada lebih 95%
anak-anak dan dewasa muda yang menerima 3 dosis rekombinan vaksin, sebulan
setelah vaksin yang ketiga (jadwal vaksinasi adalah 0, 1 bulan dan 6 bulan).
Vaksinasi pada bayi yang berumur kurang dari 24 jam dapat mencegah penularan
penyakit hepatitis B dari ibunya. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization)
merekomendasikan vaksinasi pada semua anak, terutama yang baru lahir di
negara-negara dimana hepatitis B marak terjadi (seperti Indonesia, terutama di
NTB dan NTT) untuk mencegah penularan secara vertikal dari ibu ke anak.[3]
VIRUS HERPES
Herpes berasal dari bahasa yunani
yang artinya merayap™.
Penyakit herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki
karakteristik bergerak dari satu saraf kecil ke saraf kecil dengan cara
merayap. Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai di
kumpulan saraf.
Herpes termasuk dalam kategori
golongan penyakit TORCH yang dapat menyebabkan gangguan serius pada kehamilan.
Sebagaimana dilansir harian New York Times, Herpes Simpleks dibagi
menjadi dua tipe, Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) dan Virus
herpes simpleks tipe 2 (HSV-2).
Virus Herpes Simplex 1 atau Herpes
Oral
HSV Simplex 1 disebut juga herpes
oral karena seringnya menyerang organ mulut. Disebut juga cold sores
yakni lepuhan kecil pada bibir yang nampak seperti bisul atau jerawat.
Penularan herpes terjadi ketika seseorang bersentuhan dengan cairan atau lendir
penderita. Pertukaran cairan yang dimaksud bisa lewat air liur, sperma, dan
cairan kelamin wanita.
Penularan herpes oral bisa melalui:
1. Ciuman
2. Penggunaan sikat gigi
bersama-sama
3. Penggunakan alat makan dan minum
bersama-sama
4. Penggunakan handuk bersama-sama
5. Aktivitas oral seks (penularan
herpes dari cairan kelamin pria/wanita ke mulut)
Virus Herpes Simplex 2 atau Herpes
Genital
HSV Simplex 2 disebut juga herpes
genital karena menyerang organ kelamin. Resiko wanita terinfeksi HSV genital
dua kali lipat lebih besar daripada pria. Jika peluang pria terkena HSV genital
1 banding 8, pada wanita 1 banding 4, hal ini dikarenakan permukaan alat
kelamin wanita lebih lebar dibanding pria.
Penularan herpes genital melalui:
1. Penggunaan handuk bersama dengan
penderita
2. Seks oral
3. Hubungan seks intercourse
Baik herpes oral maupun genital
penularannya hanya terjadi jika terjadi kontak dengan penderita. Berhubungan
seksual dengan satu pasangan tetap dimana keduanya bebas dari herpes, maka oral
seks maupun intercourse tidak akan menjadi penyebab terinfeksi virus
herpes.
Sementara bagi mereka yang kerap
berganti pasangan, walaupun hanya sebatas melakukan ciuman, apalagi sampai oral
seks, memiliki resiko tertular HSV genital yang sangat tinggi. Beberapa cara
mengurangi resiko terinfeksi virus herpes simplex oral maupun genital adalah
menggunakan pelindung gigi dan kondom.
VIRUS CACAR
Pencegahan dan Pengobatan. Cacar
air atau Varicella simplex adalah
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus varicella-zoster
yang merupakan anggota dari keluarga virus herpes. Penyakit ini disebarkan
secara aerogen. Cacar air adalah penyakit yang umum menyerang anak-anak.
Meskipun bukan merupakan penyakit yang serius, namun dibutuhkan perawatan
khusus untuk perawatannya.
Sebenarnya cacar air dapat sembuh
dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan
berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan tubuh. Orang
yang terkena cacar akan terlihat dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa
ditandai dengan badan yang terasa panas.
Gejala
Gejala awalnya akan terasa
sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian
timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali
ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di
anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu
berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini
mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta)
yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang
lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga
beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air
tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan
mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan
bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda,
bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.
Perawatan
Orang yang terkena cacar sebaiknya
di karantina. Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh
telah berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap
mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan dapat menginfeksi
kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka
yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air.
Ketika mengeringkan tubuh sesudah
mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk
menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol
sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak
teriritasi.
Perawatan yang dilakukan ketika terkena
cacar air :
- Hindari menggosok atau menggaruk cacar yang terjadi akibat penyakit cacar sebab dapat meninggalkan bekas luka yang buruk.
- Potong kuku Anda agar kulit Anda aman saat tergaruk.
- Kenakan pakaian yang longgar untuk menghindari lecet kulit.
- Cobalah berendam di dalam bak mandi yang berisi tepung maizena. Hal ini mampu menenangkan kulit Anda.
- Hindari paparan sinar matahari yang terlalu tajam dan udara yang lembab sebab hal ini akan membuat cacar Anda menjadi parah.
- Gunakan krim yang dianjurkan dokter untuk meredakan cacar Anda.
- Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol.
- Pastikan anda juga selalu mengonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri.
- Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.
Pencegahan
Untuk mencegah terkena penyakit
cacar air akan dilakukan imunisasi. Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang
berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini juga dianjurkan bagi orang di atas
usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan ataupun mereka yang belum pernah
terkena penyakit ini, karena orang dewasa yang terkena penyakit ini, biasanya
akan lebih parah dan kadang-kadang dapat pingsan. Bagi yang telah berusia di
atas 50 tahun sebaiknya divaksinasi ulang.
Pengobatan
Penyakit cacar dapat diberi
penggobatan "Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam
sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep
yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi
6 kali sehari selama 6 hari. Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan
dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah tahap penyembuhan lakukan
perawatan berikut ini :
- Perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengonsumsi obat
- Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur
- Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
VIRUS CAMPAK
Penyakit Campak
(Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular,
yang ditandai dengan demam,
batuk,
konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit.
Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramixovirus.
Penularan
infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita
bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit
dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum
vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika
seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya biasanya dia akan kebal
terhadap penyakit ini.
Penyebab
Campak, rubeola
(bukan rubella=campak
Jerman), atau measles (di beberapa daerah disebut juga sebagai tampek, dabaken
atau morbili) adalah penyakit infeksi yang menular atau infeksius sejak awal
masa prodromal, yaitu kisaran 4
hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus
campak). Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-14
hari sebelum gejala muncul.
Kekebalan
terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif
pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah: - bayi berumur lebih dari 1
tahun - bayi yang tidak mendapatkan imunisasi - remaja dan dewasa muda yang
belum mendapatkan imunisasi kedua.
Gejala
Gejala mulai
timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa:
- Panas badan
- Nyeri tenggorokan
- pilek Coryza
- Batuk ( Cough )
- Bercak Koplik
- Nyeri otot
- Mata merah ( conjuctivitis )
2-4 hari kemudian
muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam
(kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya
gejala di atas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar)
maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di
wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping.
Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan kaki, sedangkan
ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak
penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya
mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai
merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang
dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat
merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7
hari.
Komplikasi
Pada anak yang
sehat dan gizinya
cukup, campak jarang berakibat serius. Beberapa komplikasi yang bisa menyertai
campak:
- Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
- Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
- Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
Diagnosa
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan ruam kulit yang khas.
Pemeriksaan lain
yang mungkin perlu dilakukan:
- pemeriksaan darah, pemeriksaan darah tepi
- pemeriksaan Ig M anti campak
- Pemeriksaan komplikasi campak :
- enteritis
- Ensephalopati,
- Bronkopneumoni
Pengobatan
Tidak
ada pengobatan khusus untuk campak. Anak sebaiknya menjalani istirahat. Untuk
menurunkan demam, diberikan asetaminofen atau ibuprofen.
Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik.
Maka dari itu harus berjaga-jaga.
Pencegahan
Vaksin
campak merupakan bagian dari imunisasi rutin pada anak-anak. Vaksin biasanya
diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak Jerman (vaksin
MMR/mumps, measles, rubella), disuntikkan pada otot paha atau lengan atas.
Jika hanya
mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Dalam bentuk MMR, dosis
pertama diberikan pada usia 12-15 bulan, dosis kedua diberikan pada usia 4-6
tahun.
Selain itu
penderita juga harus disarankan untuk istirahat minimal 10 hari dan makan
makanan yang bergizi agar kekebalan tubuh meningkat.
Terdapat juga
vaksin MMRV, suatu kombinasi vaksin MMR dan vaksin cacar air
(varicella). Dengan adanya kombinasi ini, maka tata laksana vaksinasi lebih
sederhana, karena jumlah penyuntikan lebih sedikit dan lebih murah.[1]
Tetapi untuk anak-anak berusia 2 tahun atau kurang, vaksin MMRV lebih memiliki
efek samping dibandingkan pemberian vaksin MMR dan vaksin cacar air secara
terpisah dalam satu hari.[2]
Terjadi penambahan kejadian febrile seizures yang terjadi 7 hingga 10 hari
setelah vaksinasi, penambahan kejadian demam ringan dan penambahan kejadian
gatal-gatal seperti kena campak. Tetapi vaksinasi MMRV pada usia 4 sampai 6
tahun tidak ada bukti penambahan kejadian febrile seizure dibandingkan
pemberian vaksin MMR dan vaksin cacar air secara terpisah.[3]
.[4]
VIRUS DEMAM
KUNINGAN
Penyakit Kuning
(icterus atau jaundice) adalah penyakit yang menyebabkan menguningnya
kulit, sclera (bagian putih pada mata) dan juga kelenjar
ludah yang disebabkan oleh tingginya kadar bilirubin pada
tubuh manusia (atau tubuh hewan yang mempunyai sel
darah merah). Biasanya konsentrasi bilirubin pada darah harus
melebihi 2–3 mg/dL untuk menimbulkan warna kuning yang bisa
terlihat oleh kasat mata. Jaundice berasal dari Bahasa
Perancis yaitu jaune, yang berarti kuning. Cairan empedu masuk ke
dalam darah, sehingga tubuh tampak kekuningan.
Hepatitits dikenal dengan penyakit
Liver atau penyakit kuning. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua penyakit
kuning disebabkan oleh peradangan hati dan tidak semua peradangan hati
menyebabkan penyakit kuning. Penyakit kuning sudah dikenal sejak ribuan tahun
yang lalu, yaitu pada abad V sebelum masehi di Babilonia. Seorang tabib kuno,
Hippocrates, menemukan bahwa penyakit kuning adalah penyakit yang menular
sehingga dinamakan iterus infectiosa. Pada saat itu, penyakit kuning mewabah di
kalangan penduduk sipil dan serdadu.
PENYEBAB UMUM TERJADINYA PENYAKIT
KUNING
Virus merupakan penyebab hepatitis
A, B, C, D, E, F, dan G. Disamping itu, penyakit kuning juga bisa disebabkan
oleh bakteri, parasit, obat - obatan, bahan kimia alami atau sintetis yang
merusak hati, alkohol, gizi yang buruk, serta penyakit autoimmun. Virus Hepatitis B lebih sering menjadikan penyakit kuning
berlanjut menjadi menahun. Yang menahun ini dapat jinak, dapat pula ganas -
atau berubah menjadi cirrhosis atau malah kanker hati. Lebih dari 80% kanker hati sekunder
bermula dari virus hepatitis B.
CARA PENULARAN PENYAKIT KUNING
Penularannya menyebar luas melalui
hubungan seksual, jarum suntik, jarum infus, berbagai macam peralatan bedah,
peralatan yang sering digunakan oleh dokter gigi, peralatan menicure pedicure
yang dipakai secara bergantian di salon, bisa juga melalui jarum akupuntur,
jarum tindik, alat untuk tatto, serta jarum yang biasa dipake oleh para
pengguna narkoba. Oleh karena itu, kita perlu berhati - hati dan mewaspadai
segala kemungkinan karena sampai saat ini penyakit hepatitis B dan C belum
dapat disembuhkan. Hingga saat ini, dari semua jenis penyakit hepatitis, baru
hepatitis B yang bisa dikebalkan dengan vaksinasi.
VIRUS INFLUENZA
Virus flu menyebar
lewat udara ketika seseorang terinfeksi batuk, bersin atau bicara. Anda dapat
menghirup virus tersebut secara langsung, atau melalui suatu benda seperti
telepon atau keyboard komputer, dan kemudian menghantarkannya ke mata, hidung
atau mulut anda.
Flu disebabkan
oleh tiga tipe virus – influenza A, B, dan C. Tipe A menyebabkan pandemi flu
yang mematikan (epidemi pada belahan bumi) yang menyerang setiap 10 sampai 40
tahun. Tipe B menyebabkan pandemi dengan skala yang lebih kecil. Tipe A atau B
dapat menyebabkan sirkulasi flu setiap musim dingin. Tipe C tidak pernah
berkaitan dengan epidemi yang besar.
Tipe C cukup
stabil, tapi tipe A dan B secara konstan berubah dan memunculkan kekhawatiran
baru bagi masyarakat secara reguler. Sekali anda terkena flu, antibodi yang
terbentuk akan menekan penyebabnya, tetapi tidak akan melindungi anda dari
virus yang telah bermutasi. Itulah mengapa dokter merekomendasikan suntikan flu
setiap tahun.
Faktor
risiko Flu “Influenza”
Risiko flu
meningkat atau dapat berkomplikasi jika anda :
• Bayi atau anak-anak
• Berusia lebih dari 50 tahun
• Memiliki penyakit yang kronis, seperti diabetes atau penyakit janung, penyakit ginjal atau paru-paru.
• Memiliki sistem imun yang lemah, seperti HIV AIDS.
• Hamil ketika akan musim flu
• Penduduk yang ada di care center.
• Bekerja di care center.
• Secara reguler melakukan kontak secara dekat dengan bayi atau anak-anak.
• Berusia lebih dari 50 tahun
• Memiliki penyakit yang kronis, seperti diabetes atau penyakit janung, penyakit ginjal atau paru-paru.
• Memiliki sistem imun yang lemah, seperti HIV AIDS.
• Hamil ketika akan musim flu
• Penduduk yang ada di care center.
• Bekerja di care center.
• Secara reguler melakukan kontak secara dekat dengan bayi atau anak-anak.
Anak yang
menggunakan aspirin dalam waktu yang lama juga dapat meningkatkan risiko dengan
lebih besar. Vaksin flu aman bagi anak-anak usia 6 bulan atau lebih. Jika anak
anda tidak berisiko akan tetapi tinggal dengan orang yang memiliki risiko
tersebut, anda tetap harus memberikan vaksin pada anak anda. Cara tersebut akan
mengurangi risiko anak anda terinfeksi. Lebih banyak orang yang terimunisasi,
lebih sedikit flu akan menyebar pada sebuah komunitas.
Pencegahan
Flu “Influenza”
• Gunakan
vaksinasi flu secara rutin tiap tahun. Waktu yang tepat untuk vaksinasi adalah
saat sebelum masa puncak dari musim flu. Perlu dua minggu bagi tubuh untuk
membangun sistem imun tubuh mulai dari pemberian vaksin. Tanyakan pada dokter
anda waktu yang tepat.
Tetap ingat
bahwa vaksin flu tidak akan menghilangkan risiko terkena flu, khususnya pada
orang dewasa. Tapi vaksin ini dapat mengurangi risiko terkena flu. Berdasarkan
Centers for Disease Control and Prevention (CDC), bila saat pemberian vaksin
flu dan sirkulasi wabah flu dekat, vaksin flu akan efektif antara 70% sampai
90% untuk melindungi.
Hal ini lebih
sedikit efektivitasnya pada orang dewasa. Para ahli kesehatan merekomendasikan
vaksinasi pada orang di atas 50 tahun karena vaksin akan mengurangi risiko
komplikasi flu, perawatan di RS dan kematian.
• Cusi tangan.
Mencuci tangan adalah cara terbaik dalam mencegah infeksi flu biasa. Gosok
telapak tangan anda sedikitnya 15 detik, sabuni dengan benar dan tutup keran
menggunakan tisu. Atau gunakan jel pembersih tangan berbahan dasar alkohol
paling sedikit berkadar alkohol 60 persen.
• Makan secara
benar dan tidur secara teratur. Diet yang salah dan kurang tidur melemahkan
imunitas anda dan menyebabkan anda lebih rentan terinfeksi.Diet seimbang dengan buah segar dan sayuran, gandum atau nasi,
dan makanan yang mengandung protein adalah yang terbaik untuk banyak orang.
Tidur yang cukup dan teratur juga perlu untuk kesehatan sistem imun. Secara
umum, orang dewasa sangat baik tidur malam selama 7 sampai 8 jam. Anak-anak dan
remaja membutuhkan tidur malam 9 sampai 10 jam.
• Berolahraga
secara teratur. Melatih kardiovaskuler secara teratur – berjalan, bersepeda,
aerobik – meningkatkan sistem imun anda. Olahraga tidak dapat mencegah infeksi,
tetapi jika anda terkena flu, anda akan lebih sedikit kemungkinannya terkena
dampak yang parah dan sembuh lebih cepat daripada orang yang tidak fit.
• Hindari
kerumunan orang saat musim flu. Flu menyebar dengan mudah dimanapun orang-orang
banyak berkumpul – pada care center, sekolah, kantor, auditorium dan alat
transportasi publik. Menghindari kerumunan orang pada saat musim flu akan
mengurangi kesempatan anda terinfeksi flu
VIRUS RUBELA
Rubella
Pengertian Rubella
Rubella atau
campak Jerman umumnya menyerang anak-anak dan remaja. Penyakit ini disebabkan
oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan sangat mudah.
Penularan
utamanya dapat melalui titik-titik air di udara yang berasal dari batuk atau
bersin penderita. Berbagi makanan atau minuman dengan penderita juga dapat
menularkan rubella. Sama halnya jika Anda menyentuh mata, hidung, atau mulut
Anda setelah memegang benda yang terkontaminasi virus rubella.
Rubella dan Kehamilan
Walau sama-sama
menyebabkan ruam kemerahan pada kulit, rubella berbeda dengan campak. Penyakit
ini biasanya lebih ringan dibandingkan dengan campak. Tetapi jika menyerang
wanita yang sedang hamil, terutama sebelum usia kehamilan lima bulan, rubella
berpotensi tinggi untuk menyebabkan sindrom rubella kongenital atau bahkan
kematian bayi dalam kandungan. WHO memperkirakan tiap tahun terdapat sekitar
100.000 bayi di dunia yang terlahir dengan sindrom ini.
Sindrom rubella
kongenital dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi, seperti tuli, katarak,
penyakit jantung kongenital, kerusakan otak, organ hati, serta paru-paru.
Diabetes tipe 1, hipertiroidisme, hipotiroidisme, serta pembengkakan otak juga
dapat berkembang pada anak yang terlahir dengan sindrom ini.
Penderita Rubella di Indonesia
Sejak adanya
program vaksinasi, jumlah kasus rubella yang tercatat secara global berkurang
secara signifikan. Pada tahun 2012, penderita rubella di Asia Tenggara yang
tercatat oleh WHO adalah sekitar 6.500 jiwa. Di Indonesia sendiri, Riskesdas
melaporkan bahwa terdapat lebih dari 400 kasus rubella yang tercatat di
Indonesia pada tahun 2011.
Gejala-gejala Rubella
Penderita
rubella pada anak-anak cenderung mengalami gejala-gejala yang lebih ringan
daripada penderita dewasa. Tetapi ada juga penderita rubella yang tidak
mengalami gejala apa pun dan tetap dapat menularkan rubella.
Penyakit ini
umumnya membutuhkan waktu sekitar 14-21 hari sejak terjadi pajanan sampai
menimbulkan gejala. Gejala-gejala umum rubella meliputi:
- Demam.
- Sakit kepala.
- Hidung tersumbat atau beringus.
- Tidak nafsu makan dan mual.
- Iritasi ringan pada mata.
- Pembengkakan kelenjar limfa pada telinga dan leher.
- Ruam berbentuk bintik-bintik kemerahan yang awalnya muncul di wajah lalu menyebar ke badan, tangan, dan kaki. Ruam ini umumnya berlangsung selama 1-4 hari.
- Nyeri pada sendi, terutama pada penderita wanita.
Begitu
terinfeksi, virus akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu 5-7 hari. Masa
penularan tertinggi penderita rubella biasanya pada 1-5 hari setelah ruam
muncul.
Jika Anda atau
anak Anda mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.
Proses Diagnosis Rubella
Ruam kemerahan
akibat rubella memiliki karakteristik yang mirip dengan ruam-ruam lain. Guna
memastikan diagnosis, dokter biasanya mengambil sampel air liur atau darah
untuk diperiksa di laboratorium.
Tes tersebut
digunakan untuk mendeteksi keberadaan antibodi rubella. Jika terdapat antibodi
IgM, berarti Anda sedang mengidap rubella. Sedangkan keberadaan antibodi IgG
berarti Anda sudah pernah mengidap rubella atau sudah menerima vaksinasi.
Pemeriksaan
rubella juga bisa dimasukkan dalam tes prenatal untuk ibu hamil, khususnya
untuk yang berisiko tinggi. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah.
Jika ibu hamil
didiagnosis mengidap rubella, pemeriksaan lanjutan yang mungkin dianjurkan
adalah USG dan amniosentesis. Amniosentesis adalah prosedur pengambilan dan
analisis sampel cairan ketuban untuk mendeteksi kelainan pada janin.
Langkah Penanganan Rubella
Rubella tidak
membutuhkan penanganan medis khusus dari dokter. Penanganan dapat dilakukan di
rumah dengan langkah-langkah sederhana. Tujuannya adalah untuk meringankan
gejala dan bukan mempercepat penyembuhan rubella. Berikut ini beberapa langkah
sederhana yang dapat dilakukan.
- Beristirahatlah sebanyak mungkin.
- Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
- Mengurangi nyeri dan demam. Penderita dapat mengonsumsi parasetamol atau ibuprofen untuk menurunkan panas dan meredakan nyeri pada sendi.
- Minum air hangat bercampur madu dan lemon untuk meredakan sakit tenggorokan dan hidung beringus.
Pencegahan Rubella
Pencegahan
rubella yang paling efektif adalah dengan vaksinasi, terutama bagi wanita yang
berencana untuk hamil. Sekitar 90 persen orang yang menerima vaksin ini akan
terhindar dari rubella.
Pencegahan
rubella tergabung dalam vaksin kombinasi MMR yang juga mencegah campak dan
gondong. Vaksin ini termasuk dalam daftar imunisasi wajib bagi anak di
Indonesia.
Vaksin MMR dapat
dijalani kapan saja, tapi umumnya diberikan saat anak berusia satu tahun tiga
bulan dan diulangi saat anak berusia enam tahun.
Wanita yang
merencanakan kehamilan juga dianjurkan memeriksakan diri melalui tes darah.
Jika hasil tes menunjukkan bahwa seorang wanita belum memiliki kekebalan
terhadap rubella, dokter akan menganjurkannya untuk menerima vaksin MMR.
Setelah itu, dia harus menunggu minimal empat minggu untuk hamil. Harap diingat
bahwa vaksinasi ini tidak boleh dijalani saat sedang hamil.
Selain vaksin,
mencegah penularan dan penyebaran rubella juga penting. Cara-caranya meliputi:
- Hindari kontak dengan penderita sebisa mungkin, khususnya untuk ibu hamil yang belum menerima vaksin MMR dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.
- Pindahkan penderita ke ruangan terpisah yang jauh dari anggota keluarga.
- Menjaga kebersihan diri, misalnya selalu mencuci tangan sebelum makan, setelah bepergian, atau jika terjadi kontak dengan penderita.
VIRUS GONDONG
Pengertian Penyakit Gondok
Kelenjar tiroid
adalah organ berbentuk kupu-kupu yang terletak tepat di bawah jakun. Kelenjar
ini memiliki fungsi penting, yaitu untuk memproduksi hormon tiroid yang
berperan dalam berbagai proses-proses kimiawi yang terjadi dalam tubuh.
Pada kondisi
normal, kinerja kelenjar tiroid cenderung tidak kita sadari sama seperti organ-organ
dalam yang lain. Tetapi jika terjadi pembengkakan, kelenjar tiroid akan
membentuk benjolan pada leher. Inilah yang disebut gondok.
Jenis-jenis Penyakit Gondok
Terdapat dua
jenis gondok, yaitu gondok difus dan nodul. Pengelompokan ini berdasarkan
tekstur benjolannya.
Benjolan pada
gondok difus terasa mulus saat disentuh. Sementara pada gondok nodul, benjolan
terasa tidak rata dan bergumpal. Permukaan yang tidak rata tersebut disebabkan
oleh adanya satu atau lebih bintil-bintil kecil yang padat atau berisi cairan
dalam benjolan.
Gejala-gejala Penyakit Gondok
Tidak semua
penderita gondok mengalami gejala. Jika memang ada indikasi yang muncul,
terbentuknya benjolan abnormal pada leher adalah gejala utama dari kondisi ini.
Ukuran benjolan
gondok berbeda-beda pada tiap penderita. Benjolan yang berukuran kecil biasanya
tidak menyebabkan gejala apa pun. Meski demikian, benjolan tersebut dapat
memengaruhi pernapasan serta menyebabkan penderita sulit menelan jika bertambah
besar.
Gejala-gejala
lain yang umumnya menyertai pembengkakan meliputi tenggorokan yang terasa
sesak, perubahan suara (misalnya menjadi serak), batuk-batuk, serta kesulitan
bernapas dan menelan.
Jika merasakan
gejala-gejala di atas, Anda sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
Terutama bagi penderita dengan benjolan yang terus membesar dan mengalami
kesulitan bernapas atau menelan.
Penyebab Penyakit Gondok
Gondok terkadang
sulit ditemukan penyebabnya karena sangat beragam. Tetapi ada beberapa faktor
yang umumnya bisa memicu penyakit ini. Di antaranya adalah:
- Hipertiroidisme dan hipotirodisme. Penyakit gondok dapat terjadi karena kinerja kelenjar tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme) atau menurun (hipotiroidisme). Keduanya akan memicu pembengkakan kelenjar tiroid. Hipertiroidisme umumnya disebabkan oleh penyakit Graves. Sementara hipotiroidisme dapat dipicu oleh kekurangan iodin atau penyakit Hashimoto. Penyakit Hashimoto dan penyakit Graves merupakan kondisi autoimun.
- Defisiensi iodin. Iodin dibutuhkan kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid. Zat ini dapat ditemukan dalam ikan, tiram, rumput laut, sereal, gandum, serta susu sapi. Karena kekurangan iodin, kinerja kelenjar tiroid akan menurun dan mengalami pembengkakan.
- Merokok. Asap tembakau yang mengandung senyawa tiosianat dapat memengaruhi kemampuan tubuh dalam memanfaatkan iodin.
Di samping
penyebab umum di atas, gondok juga dapat terjadi akibat hal-hal berikut:
- Keberadaan nodul dalam kelenjar tiroid.
- Pengaruh kanker tiroid.
- Inflamasi kelenjar tiroid akibat infeksi virus, bakteri, atau obat-obatan tertentu.
- Kadar iodin yang berlebihan dalam tubuh.
- Perubahan hormon karena pubertas, kehamilan, dan menopause.
- Pajanan radiasi, misalnya saat menjalani radioterapi.
- Pengaruh obat litium yang umumnya digunakan untuk menangani depresi dan gangguan bipolar.
Faktor-faktor Risiko Penyakit Gondok
Gondok dapat
menyerang siapa saja, tapi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena penyakit ini. Faktor-faktor pemicu tersebut meliputi:
- Usia. Risiko gondok meningkat seiring bertambahnya usia.
- Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pria.
- Faktor keturunan. Memiliki anggota keluarga yang mengidap kanker tiroid atau penyakit autoimun akan meningkatkan risiko penyakit gondok.
- Obat-obatan seperti amiodarone dan imunosupresan.
- Kehamilan dan menopause. Risiko gangguan tiroid meningkat pada saat wanita sedang hamil atau menopause, tapi penyebabnya belum diketahui dengan pasti.
Proses Diagnosis Penyakit Gondok
Kelenjar tiroid
yang membengkak umumnya dapat diketahui oleh dokter melalui pemeriksaan fisik
yang sederhana. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendeteksi ukuran
serta tekstur benjolan. Jenis penyakit gondok difus atau nodul juga dapat
diketahui lewat pemeriksaan ini.
Penderita juga
akan diminta menjalani evaluasi fungsi tiroid untuk memastikan penyebab di
balik pembengkakan kelenjar. Pemeriksaan ini dilakukan melalui tes darah untuk
mengukur kadar hormon T3, T4, dan TSH (thyroid-stimulating hormone atau hormon
perangsang tiroid). Hormon TSH diproduksi oleh kelenjar pituitari yang terletak
di otak.
Kadar hormon
tiroid yang tinggi mengindikasikan hipertiroidisme. Sementara tingkat hormon
tiroid yang rendah dan TSH yang tinggi akan menandakan bahwa penderita
mengalami hipotiroidisme.
Ada beberapa tes
lain yang dilakukan untuk memberikan informasi yang lebih mendetail mengenai
kondisi pasien, yaitu pemindaian tiroid, USG, serta biopsi.
Proses
pemindaian tiroid melibatkan isotop radioaktif untuk memeriksa ukuran dan jenis
benjolan tiroid. Karena itu, tes ini sebaiknya dihindari oleh ibu hamil.
Pemeriksaan USG
digunakan untuk mengonfirmasi ukuran dan jenis benjolan serta keberadaan nodul
yang mungkin tidak ditemukan lewat pemeriksaan fisik. Sedangkan biopsi yang
dilakukan melalui aspirasi jarum halus dianjurkan guna mengetahui jenis sel
yang ada dalam benjolan.
Langkah Pengobatan Penyakit Gondok
Gondok dapat
ditangani dengan beberapa cara. Penentuan langkah ini tergantung pada beberapa
faktor, yaitu ukuran benjolan, gejala yang dirasakan, serta penyebab dasar
terjadinya gondok.
Benjolan yang
kecil dan tidak menyebabkan gejala umumnya tidak langsung ditangani. Dokter
akan memantau perkembangan kondisi Anda sebelum melakukan tindak lanjut karena
gondok Anda mungkin bisa sembuh tanpa membutuhkan penanganan.
Jika benjolan
terus membesar hingga mengganggu kondisi kesehatan pasien, ada beberapa langkah
pengobatan yang dapat diambil. Metode-metode penanganan yang akan dianjurkan
oleh dokter meliputi:
Terapi
penggantian hormon
Langkah ini dilakukan
untuk menangani hipotirodisme dengan menggantikan hormon tiroid dan umumnya
harus dijalani seumur hidup. Contoh obatnya adalah levothyroxine.
Tetapi obat ini juga dapat memicu efek samping seperti mual, kram otot, serta
detak jantung yang cepat atau tidak teratur.
Obat
penurun hormon tiroid
Thionamide
akan menurunkan kadar hormon tiroid dengan menghambat proses produksinya. Obat
ini digunakan untuk mengatasi hipertiroidisme. Efek sampingnya meliputi mual,
nyeri pada sendi, ruam ringan, serta penurunan jumlah sel darah putih secara
mendadak.
Terapi
iodin radioaktif
Terapi ini juga
termasuk penanganan untuk hipertiroidisme. Iodin radioaktif yang dikonsumsi
akan menghancurkan sel-sel tiroid. Metode pengobatan ini terbukti dapat
mengecilkan ukuran benjolan, tapi juga bisa memicu hipotiroidisme.
Langkah
operasi
Benjolan yang
terus membesar hingga mengganggu pernapasan dan menyebabkan penderita sulit
menelan umumnya ditangani dengan operasi. Langkah ini akan dilakukan dengan
prosedur pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid atau tiroidektomi.
Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 15 persen penderita gondok yang pada
akhirnya membutuhkan langkah penanganan ini.
Prosedur ini
juga disarankan bagi penderita yang diduga memiliki benjolan tiroid yang mengandung
sel-sel kanker. Diperkirakan sekitar lima persen penyakit gondok berpotensi
sebagai indikasi kanker tiroid.
Tiap operasi
pasti memiliki risiko, termasuk tiroidektomi. Walau kemungkinannya tergolong
kecil, pasien yang menjalani prosedur ini berpotensi mengalami komplikasi
kerusakan pada saraf dan kelenjar paratiroid.
Contoh kerusakan
saraf yang mungkin terjadi adalah perubahan suara dan gangguan pernapasan.
Komplikasi ini bisa bersifat sementara atau permanen. Sedangkan kerusakan pada
kelenjar paratiroid akan memengaruhi pengaturan kadar kalsium dalam darah dan
tulang.
VIRUS SARS
Pengertian SARS dan Gejala-gejala Penderitanya
SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) adalah sebuah jenis penyakit pneumonia.
Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan nama Sindrom Pernapasan Akut
Berat.Virus ini pertama kali terjadi di beberapa negara Asia. Penyakit ini
kemudian menyebar ke Amerika dan Eropa. Virusnya bernama SARS-CoV (SARS
Coronavirus) yang menyerang saluran pernapasan bagian atas. SARS menyebar
sangat cepat. Kasus terakhir dari epidemi ini terjadi pada Juni 2003. Dalam
wabah itu, 8.069 kasus muncul yang menewaskan 775 orang.
Gejala-gejala
penderita penyakit SARS
Pada
awalnya gejala penyakit ini seperti :
1.
Demam
2.
Myalgia
3.
Lethargy
4.
Gejala
Gastrointestinal
5. Batuk
6. Radang tenggorokan
7. Dan lain-lain
Satu-satunya gejala yang sering dialami seluruh pasien adalah
demam di atas 38 °C (100.4 °F). Sesak napas bisa terjadi kemudian.
Gejala tersebut biasanya muncul 2–10 hari setelah terekspos,
tetapi sampai 13 hari juga pernah dilaporkan terjadi. Pada kebanyakan kasus
gejala biasanya muncul antara 2–3 hari. Sekitar 10–20% kasus membutuhkan
ventilasi mekanis.
Seseorang dapat di curigai terkena virus SARS jika
1. salah satu dari gejala-gejala termasuk demam dengan suhu
38 °C atau lebih DAN
2. pernah mengalami kontak dengan seseorang yang didiagnosis
mengidap SARS pada kurun waktu 10 hari terakhir ATAU mengunjungi salah satu
dari daerah yang teridentifikasi oleh WHO sebagai area dengan transmisi lokal
SARS
No comments:
Post a Comment