DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................. 1
1.3 Tujuan
Makalah.................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
1.1 Pengangguran..................................................................... 2
1.2 Inflasi................................................................................. 5
1.3 Penggolangan
Inflasi.......................................................... 5
1.4 Penyebab
Terjadinya Inflasi............................................... 6
1.5 Dampak
Terjadinya Inflasi................................................. 7
1.6 Kebijakan
– kebijakan Pemerintah Dalam Megnatasi
Inflasi................................................................................. 8
1.7 Hubungan
Antara Penggangguran dengan Inflasi............. 8
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 11
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai
macam permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada
negara – negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia.
Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, kenaikan harga (inflasi) dan kemiskinan
di Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan solusi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah Negara
Indonesia untuk menjadi negara yang lebih maju.
Dalam indikator ekonomi makro ada tiga hal terutama yang
menjadi pokok permasalahan ekonomi makro. Pertama adalah masalah pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat dikategorikan baik jika angka pertumbuhan
positif dan bukannya negatif. Kedua adalah masalah inflasi. Inflasi adalah
indikator pergerakan harga-harga barang dan jasa secara umum, yang secara
bersamaan juga berkaitan dengan kemampuan daya beli. Masalah ketiga
adalah pengangguran. Memang masalah pengangguran telah menjadi momok yang
begitu menakutkan khususnya di negara-negara berkembang seperti di Indonesia.
Dua indikator kinerja perekonomian yang terus-menerus
diamati adalah inflasi dan pengangguran. Bagaimana kedua ukuran kinerja
perekonomian ini dapat saling berkaitan.
1.2
Rumusan
Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan
pengangguran dan inflasi?
b.
Apa hubungan antara Pengangguran dan
Inflasi?
c.
Bagaimana dampak Pengangguran dan
Inflasi terhadap Masyarakat Indonesia?
1.3
Tujuan
Makalah
·
Memahami konsep Pengangguran &
Inflasi
·
Mempelajari hubungan antara
Pengangguran & Inflasi
·
Mengetahui kebijakan-kebijakan yang
diambil pemerintah untuk mengendalikan Inflasi dan menurunkan Pengangguran
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengangguran
a.
Definisi
Pengangguran
Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja
(15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang
yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa
sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena
sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang
tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para
pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah
sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan
kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek
psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran
yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan
sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka
panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di
negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah “pengangguran
terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga
kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
b.
Jenis-Jenis
Pengangguran
·
Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan
jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam :
Ø Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah
Tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Ø Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah Tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya
tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang
dari 35 jam selama seminggu.
Ø Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah Tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup
banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal.
·
Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan
penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7 macam :
Ø Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang sifatnya
sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerja penganggur yang mencari
lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka
lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan
kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari
sebelumnya.
Ø Pengangguran Konjungtural (Cycle Unemployment)
Pengangguran
Konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan gelombang
(naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
·
Pengangguran Struktural (Structural
Unemployment)
Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
v Akibat permintaan berkurang
v Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi
v Akibat kebijakan pemerintah
·
Pengangguran Musiman (Seasonal
Unemployment)
Pengangguran
Musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi
jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti
petani yang menanti musim tanam, pedagang durian yang menanti musim durian.
·
Pengangguran Siklikal
Pengangguran
Siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus
ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
v Pengangguran Teknologi
Pengangguran
Teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian
tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.
v Pengangguran SiklusPengangguran Siklus adalah pengangguran
yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi.
Pengangguran Siklus disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerate
demand).
c.
Penyebab
terjadinya Pengangguran
Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja
tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran
seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya
pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga
dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara
membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan
dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi
pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.
Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang
buruk terhadap penganggur dan keluarganya.
Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan
dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan
per kapita suatu negara.
Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal
istilah “pengangguran terselubung” di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
d.
Dampak
terjadinya Pengangguran
1.
Bagi Perekonomian Negara
v Penurunan pendapatan perkapita.
v Penurunan pendapatan pemerintah yang berasal dari sektor
pajak.
v Meningkatnya biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah.
Bagi
Masyarakat
o
Pengangguran merupakan beban
psikologis dan psikis.
o
Pengangguran dapat menghilangkan
keterampilan, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
o
Pengangguran akan menimbulkan
ketidakstabilan sosial dan politik.
e.
Kebijakan-kebijakan
Pemerintah untuk mengatasi Pengangguran
1.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang penting untuk
mengatasi pengangguran. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat
ditambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan nasional dan tingkat penggunaan
tenaga kerja. Apabila dilihat dari sisi perpajakan, untuk mengatasi masalah
pengangguran langkah yang harus dilaksanakan adalah mengurangi pajak
pendapatan. Pengurangan pajak akan meningkatkan daya beli masyarakat untuk membeli
barang dan jasa. Sehingga pengeluaran rumah tangga mengalami peningkatan.
Kenaikan pengeluaran rumah tangga akan meningkatkan juga pengeluaran secara
keseluruhan. Dengan demikian pendapatan nasional akan bertambah yang pada
akhirnya kesempatan kerja meningkat dan pengangguran berkurang.
2.
Kebijakan Moneter
Cara
pemerintah (melalui bank sentral) dalam mengatasi pengangguran yaitu dengan
menambah jumlah penawaran uang. Semakin meningkatnya penawaran uang maka akan
menurunkan suku bunga dan meningkatkan investasi. Jumlah investasi yang semakin
meningkat akan menambah kesempatan kerja yang pada akhirnya akan mengurangi
pengangguran.
2.2 Inflasi
A.
Defini
Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang
meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran distribusi
barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu. banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang
paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Inflasi
dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu
1.
inflasi ringan,
2.
sedang
3.
berat
4.
hiperinflasi.
Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di
bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; inflasi berat
antara 30%—100% setahun; dan inflasi hiperinflasi atau inflasi tak terkendali
terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.
2.3 Penggolongan Inflasi
Berdasarkan
asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu
1.
Inflasi yang berasal dari dalam
negeri
2.
Inflasi yang berasal dari luar
negeri.
Inflasi berasal dari dalam negeri
misalnya terjadi akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi
yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi
akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif
impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi
berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang
terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu
disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan
harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai
inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi
demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat
sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus
merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
2.4 Penyebab Terjadinya Inflasi
Inflasi
dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
1.
tarikan permintaan (kelebihan
likuiditas/uang/alat tukar)
2.
desakan (tekanan) produksi atau
distribusi (kurangnya produksi) dan juga termasuk kurangnya distribusi.
Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter
(Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegeng oleh Pemerintah seperti
fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi tarikan permintaan
terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu
oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi
dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau
likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa
mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga
faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan
dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi
full employment dimana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan produksi terjadi
akibat adanya kelangkaan produksi atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat
secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu
- Kenaikan harga, misalnya bahan baku
- kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang
2.5 Dampak Terjadinya Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negative
tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru
mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih
baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang
parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan
perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak
bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena
harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai
negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan
mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk
dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi
sangat merugikan. Contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada
tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di
tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya
tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan
keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi.
Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji
mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena
nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun
jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang
enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk
berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan
masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi
menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang
lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian
lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan
yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini
terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya
terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk
meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara
waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen
tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya
investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman
modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan,
ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat
kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
2.6 Kebijakan-kebijakan Pemerintah Dalam Mengatasi Inflasi
1.
Kebijakan Fiskal
Ketika inflasi terjadi maka untuk mengatasinya pemerintah
mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan pajak dan mengurangi pengeluaran
agregat. Usaha untuk mengurangi pengeluaran agregat yaitu dengan cara
mengurangi pengeluaran pemerintah, sehingga tekanan inflasi dapat dikurangi.
2.
Kebijakan Moneter
Usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi
yaitu dengan cara menurunkan penawaran uang. Jika penawaran uang menurun maka
tingkat suku bunga akan meningkat. Akibatnya investor akan mengurangi
investasinya. Selain itu pengeluaran rumah tangga akan berkurang karena mereka
lebih menginginkan untuk menyimpan uangnya di bank. Dengan demikian tingkat
inflasi dapat dikendalikan.
2.7 Hubungan Antara Pengangguran dengan Inflasi
Ada suatu hubungan terbalik antara tingkat inflasi dan
tingkat pengangguran dalam suatu perekonomian. Semakin banyak pengusaha
memperluas kesempatan kerja semakin dia harus membayar dengan faktor tertentu
produksi dan pembayaran lebih banyak faktor produksi peningkatan biaya produksi
unit akan diamati dan dalam rangka mempertahankan profitabilitas produk
pengusaha akan mengembang harga produk tersebut. Sebuah proses serupa akan
diamati di seluruh perekonomian ketika pemerintah bermaksud untuk menciptakan
pekerjaan. Harga produk atau jasa, di mana tenaga kerja terinstal, akan
meningkat sehingga kenaikan tingkat inflasi akan terlihat melalui ekonomi luar.
Dapat disimpulkan dari penjelasan tersebut bahwa ketika pemerintah
berniat untuk menurunkan tingkat pengangguran yang harus menanggung kenaikan
tingkat inflasi dalam perekonomian nasional.
Yang berbeda antara inflasi dan pengangguran yaitu jumlah
orang yang menganggur adalah jumlah orang di negara yang tidak memiliki
pekerjaan dan yang tersedia untuk bekerja pada tingkat upah pasar saat ini. Ini
dengan mudah dapat diubah menjadi persentase dengan mengaitkan jumlah
pengangguran, dengan jumlah orang dalam angkatan kerja.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun. Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
Inflasi adalah kenaikan harga secara umum selama 12 bulan. Ini diukur dengan mengambil rata-rata tertimbang semua produk konsumen (tertimbang pada frquency pembelian) dan menganalisis tren harga keseluruhan. Hal ini sering disebut Indeks Harga Konsumen (CPI) atau Harmonised Indeks Harga Konsumen (HICP). Hal ini menunjukkan berapa banyak, sebagai persentase, tingkat harga umum dari semua barang-barang konsumsi telah berubah sepanjang tahun. Kedua telah dianalisis bersama-sama dengan kurva Phillips yang menunjukkan tingkat inflasi diplot terhadap tingkat pengangguran.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah pokok perekonomian
indonesia dapat ditarik kesimpulan, bahwa masalah pokoknya yaitu pengangguran
dan inflasi. Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja yang
sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Dan inflasi adalah proses
menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi menunjukan tingkat kenaikan harga, sedangkan
pengangguran kesempatan yang timpang yang terjadi antara angkatan kerja
dan kesempatan kerja sehingga sebagian angkatan kerja tidak dapat melakukan
kegiatan kerja.
Inflasi mempunyai keterkaitan terhadap Pengangguran. Tingkat
Pengangguran yang rendah akan menimbulkan masalah Inflasi, sebaliknya bila
tingkat Pengangguran tinggi tingkat harga-harga relatif stabil. Selain itu,
melemahnya daya beli masyarakat akibat kenaikan harga barang (Inflasi),
berakibat pada lemahnya investasi pula, dan akhirnya berdampak pada menambahnya
Pengangguran karena tidak adanya kesempatan kerja.
Inflasi yang sudah berkembang cepat perlu ditanggulangi
karena akan merusak struktur perekonomian, dan inflasi dapat ditanggulangi
secara cepat, namun dibarengi dengan timbulnya angka pengangguran yang tinggi,
dan alternative lain inflasi dapat ditanggulangi secara perlahan, tetapi
penyembuhan inflasi menjadi tidak jelas walaupun dibarengi dengan tingkat
pengangguran yang rendah. Tindakan yang diambil dapat dengan mengurangi jumlah
uang yang beredar, dengan himbauan, dan dapat pula dengan insentif perpajakan
dan kebijakan penghematan, atau dengan campuran dari semua kebijakan itu.
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment