BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Sistem
Sistem berasal dari bahasa Latin (sistema) dan Bahasa
Yunani (Sustema), artinya suatu kesatuan komponen atau elemen yang dihubungkan
bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energy, istilah ini
sering digunakan untuk menggambarkan setentitas yang berinteraksi, dimana
sering kali menggunakan suatu model matematika.
Sistem merupakan suatu kesatuan yang memiliki tujuan
bersama dan memiliki bagian - bagian yang saling berintegrasi satu sama lain. Sebuah
sistem harus memiliki dua kegiatan : pertama, adanya masukan (input) yang
merupakan sebagai sumber tenaga untuk dapat beroperasinya sebuah sistem: kedua,
adanya kegiatan operasional (proses) yang mengubah masukan menjadi keluaran
(output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran/target pengoperasian suatu sistem).
Sistem memberikan banyak manfaat dalam memahami
lingkungan kita. Sistem berusaha menjelaskan sesuatu yang dipandang dari sudut
pandang sistem, yang berusaha menemukan struktur kunsur yang membentuk sistem
tersebut. Berikut ini akan dijelaskan pengertian sistem menurut beberapa ilmuan
dalam ruang lingkup berbeda sebagai berikut .
Pengertian sistem menurut mulyadi (2013:3) adalah sebagai
berikut :
“Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan
satu dengan yang lainnya, yang berfungsi bersama – sama untuk mencapai tujuan
tertentu”. Sedangkan pengertian sistem menurut Marshal B.Romney, Paul John
Steinbart (2014: 1) adalah sebagai berikut :
“Sistem
adalah serangkaian dua atau lebih komponen yang saling berkaitan dan
berinteraksi untuk mencapai tujuan”
“Sistem
adalah kelompok daria tau subsistem yang saling berhubungan yang berfungsi
dengan tujuan yang sama”.
Pendapat
lain pengertian sistem menurut Jeny Fitzgraid yang dikutip oleh Lilis
Puspitawati dan Sri Dewi Anggradini (2011 : 6) dalam buku sistem informasi akutansi
adalah sebagai berikut :
“Sistem
adalah suatu jaringan kerja dari prosedur – prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama – sama untuk melakukan suatuj kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu”.
Dari beberapa pendapat diatas, maka penulis menyimpulkan sistem
adalah bagian – bagian dari kumpulan yang saling berkaitan dan bekerja sama
guna mencapai suatu tujuan.
2.1.1 Karakteristik
sistem
Untuk mencapai tujuannya, suatu sistem harus memiliki
sifat – sifat tertentu atau suatu karakteristik seperti berikut :
1. Komponen
(Components)
Suatu
sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan kerjasama
membentuk satu kesatuan
2. Batas
Sistem (Boundary)
Merupakan
daerah yang membatasi antara satu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan
luar.
3. Lingkungan
Luar Sistem (Envinronments
Segala
sesuatu yang berada diluar abtas sistem yang mempengaruhi operasi sistem baik
itu yang bersifat merugikan ataupun menguntungkan
4. Penghubung
(Interface)
Merupakan
media penghubung antar subsistem yang memungkinkan sumber – sumber daya
mengalir dari satu subsistem ke subsistem lain
5. Masukan
(Input)
Energi
yang dimasukan kedalam sistem, yang dapat berupa masukan perawatan (maintenance
input) dan masukan sinyal (signal input)
6. Keluaran
(Output)
Adalah
hasil dari energy yang diolah dan diklasifikasi menjadi keluaran yang berguna
dari sisa pembuangan
7. Pengolah
Sistem (process)
Suatu
sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan mengubah masukan menjadi
keluaran.
8. Sasaran
(Objective) atau tujuan (Goal)
Suatu
sistem pasti mempunyai tujuan (goal), jika suatu sistem tidak mempunyai yang
jelas, maka semua operasi tidak ada gunanya.
2.1.2 Simbol
untuk Pembuatan Bagan Alir Dokumen
Menurut Mulyadi dalam buku SIstem AKutansi (2013:60)
berikut ini adalah simbol – simbol standar dengan maknanya masing – masing :
Dokumen, Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan semua jenis dokumen yang merupakanf ormulir yang digunakan untuk
merekam data terjadinya suatu transaksi.
Catatan, Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan catatan akutansi yang digunakan untuk mencatat data yang direkam
sebelumnya didalam dokumen atau formulir
Penghubung pada Halaman yang Sama, Dalam menggambarkan bagan air, arus
dokumen dibuat mengalir dari atas ke bawah dan dari kiri ke kanan. Dengan
memperhatikan nomor yang tercantum di dalam simbol penghubung pada halaman yang
sama.
Penghubung pada Halaman yang Berbeda, Jika untuk menggambarkan bagan alir
suatu sistem akutansi diperlukan lebih dari satu halaman, ismbol ini harus
digunakan untuk menunjukkan kemana dan bagaimana bagan alir terkait satu dengan
yang lainnya.
Kegiatan Manual, Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan kegiatan manual. Uraian singkat kegiatan manual dicantumkan di
dalam simbol ini.
Arsip sementara, SImbol ini digunakan untuk
menunjukkan tempat penyimpanan dokumen
Arsip permanen, Simbol ini digunakan untuk
menggambarkan arsip permanen yang merupakan tempat penyimpanan dokumen yang
tidak akan diproses lagi dalam sistem akutansi yang bersangkutan.
Mulai/Berakhir
(terminal), Simbol ini untuk menggambarkan awal dana akhir suatu sistem akutansi.
2.2 Pengertian
Sistem Akutansi
Sistem akutansi adalah organisasi
formulir, catatan, dana laporan yang dikoordinasi sedemikan krupa untuk
menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan
pengolaan perusahaan.
Adapun
pengertian persediaan yang dikemukakan oleh para ahli antara lain adalah
sebagai berikut :
Pengertian
akutansi menurut Kamaruddin (2013:6)
“Akutansi
adalah aktivitas – aktivitas yang berkaitan menyediakan informasi kepada
pemegang saham, kreditur dan pihak berwenang biasanya bersifat kuantitatif dan
sering kali disajikan dalam satuan moneter, untuk mengembalikan keputusan
perencanaan, pengendalian sumber daya dan operasi, mengevaluasi prestasi dan
pelaporan keuangan pada investor, kreditur, instalasi yang berwenang serta
masyarakat.”
Dari
fedinisi sistem akutansi tersebut, unsur suatu sistem akutansi pokok adalah formulir,
catatan yang terdiri dari jurnal, bukiu besar dan buku pembantu, serta laporan.
Berikut ini diuraikan lebih lanjut pengertian masing – masing unsur sistem
akutansi sebagai berikut :
1) Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam
terjadinya transaksi. Formulir sering disebut sebagai istilah dokumen, karena
dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam
(didokumentasikan) di atas secarik kertas. Formulir sering pula disebut dengan
istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang
terjadi dalam organisasi dalam catatan dengan formulir ini, data yang
bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan
dalam catatan. Contoh formulir adalah
faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek. Dengan tektur penjualan misalnya,
direkam data mengenai nama pembeli, alamat pembeli, jenis dan kuantitas barang
dan dijual, harga barang, tanda tangan otorisasi dan sebagainya. Informasi yang
tercantum dalam faktur penjualan tersebut kemudian dicatat dalam jurnal
penjualan dan buku pembantu piutang.
Dalam sistem akutansi sebagai manual (manual sistem)
media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi keuangan adalah
formulir yang dibuat dari kertas (apper form). Dalam sistem akutansi dengan
computer (computerized sistem) digunakan berbagai macam media untuk memasukan
data kedalam sistem pengolahan data seperti : papan ketik (Keyboard), optival
and magnetic characters and code, mice, voice, touch sensors, and cat.
2) Jurnal
Jurnal merupakan catan akutansi pertama yang digunakan
untuk mencatat, mengklasifikasikan dan meringkas data keuangan dan data
lainnya. Seperti telah disebutkan diatas sumber informasi pencatan dalam jurnal
ini adalah formulir. Dalam jurnal ini data keuangan Dalam jurnal ini juga pula
terdapat kegiatan peringkasan data yang hasil peringkasannya (berupa jumlah
rupiah transaksi tertentu) kemudian di posting ke rekenign yang bersangkutan
dalam buku besar. Contoh jurnal adalah jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian,
jurnal penjualan, dan jurnal umum
3) Buku
Besar
Buku Besar (general ledger) terdiri dari rekening –
rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat
sebelumnya dalam jurnal. Rekening – rekening dalam buku besar ini disediakan
sesuai dengan unsur – unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan
keuangan. Rkeneing buku besar ini disautu pihak dapat dipandang sebagai wadah
untuk menggolongkan data keuangan dipihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber
informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.
4) Buku
Pembantu
Jika data keuangan yang digolongkan dalambuku besar
diperlukan rinciannya lebih lanjut dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary
legder). Buku pembantu ini terdiri dari rekening – rekening pembantu yang
merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar.
Sebagai contoh, jika rekening piutang dagang yang tercantum dalam neraca perlu
dirinci lebih lanjut menurut nama debitur yang jumlahnya 60 orang. Dapat dibentuk
buku pembantu piutang yang berisi rekening – rekening pembantu piutang kepada
tiap – tiap debitur tersebut. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan
akutansi akhir (books of final entry), yang berarti tidak ada catatan akutansi
lain lagi sesuai data akutansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku
besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut dalambuku
tersebut. Proses akutansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan
pencatatan lagi ke dalam catatan akutansi.
5) Laporan
Hasil akhir proses akutansi adalah laporan keuangan yang
dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan laba yang ditahan,
laporan harga pokok produksi, laporan biaya pemasaran, laporan harga pokok
penjualan, daftar umur piutang, daftar utang yang akan dibayar, daftar saldo
persediaan yang lambat penjualannya. Laporan dapat berbentuk hasil cetak
computer dan tayangan pada layar monitor computer.
2.3 Pengertian
Persediaan
Persediaan merupakan kata lain dari inventory, istilah
persediaan barang menunjukkan barang – barang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Persediaan mengambil berbagai bentuk yang tergantung pada jenis
usaha yang ditekuni oleh perusahaan yang bersangkutan , untuk usaha
perdagangan, khususnya pendistribusian barang, persediaan barang terpenting
adalah adanya stok barang.
Menurut
Muhammad dkk (2010:97)
“Persediaan
adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, dalam proses
produksi dan dalam perjalanan atau dalambentuk bahan atau perlengkapan (supplies)
untuk digunakan dalam proses produksi dan pemberian jasa”
Dari
beberapa pengertian persediaant ersebut dapat disimpulkan persediaan merupakan
sejumlah barang milik perusahaan baik berupa bahan mentah, barang setengah
jadi, barang jadi yang dapat digunakan pada masa yang akan datang yang berguna
untuk :
a.
Menghilangkanr
esiko keterlambatan barang yang dibutuhkan
b.
Memperkecil
resiko kekurangan serta kelebihan bahan baku yang dipesan
c.
Menjaga
stabilitas proses operasi pabrik serta menjamin kelancaran produksi .
Persediaan
sangat penting artinya bagi suatu perusahaan pabrik karena berfungsi
menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan
menyampaikannya kepada konsumen persediaan dapat diminimalkan dengan mengadakan
perencanaan produksi yang lebih baik serta organisasi bagian produksi yang
lebih efisien.
2.3.1 Biaya
dan Jenis Persediaan
Perlu kita ketahui bahwa melakukan pembelian dalam jumlah
besar relative lebih menguntungkan karena ada kemungkinan kita mendapatkan
potongan harga pembelian, biaya pengangkutan lebih murah, dan penghematan biaya
lainnya yang mungkin diperoleh. Untuk itu, kita perlu membandingkan antara
penghemat – penghemat atas pembelian secara besar – besaran dengan biaya –
biaya yang timbul karena besarnya persediaan tersebut. Seperti biaya sewa
gudang, biaya investasi, resiko penyimpangan dan sebagainya.
Biaya
persediaan didasarkan pada parameter ekonomis yang relavan dengan jenis biaya
sebagai berikut :
1.
Biaya
pembelian adalah harga per unit apabila barang dibeli dari pihak luar atau
biaya prosedur per unit apabila diproduksi dalam perusahan. Biaya per unit akan
selalu menjadi bagian dari biaya barang dalam persediaan
2.
Biaya
pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari pemasuk atau
biaya persiapan (setup cost) apabila barang diproduksi di dalam perusahaan
3.
Biaya
penyimpanan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan
pemeliharaan maupun investasi saranan fisik untuk menyimpan persediaan
4.
Biaya
kekurangan persediaan adalah konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar
maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan
konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila
departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain.
Secara umum persediaan
diklasifikasikan menjadi 3 kategori, menurut Sri Dwi Ari (2010:142) yaitu :
1.
Raw
material adalah persediaan bahan mentah yang digunakan perusahaan sebagai
langkah awal proses produksi
2.
Work-in-process
adalah barang setengah jadi, atau barang yang masih proses menujubarang jadi.
3.
Finish
good adalah barang jadi yang siap untuk dijual
Dalam pengendalian persediaan tentunya tidak terlepas
dari biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengelola
persediaannya. Biaya inilah yang nantinya akan dijadikan patokan sebagai dasar
penentuan harga.
Biaya yang berkaitan dengan peserdiaan menurut Sri Dwi
Ari (2010:142) adalah sebagai berikut :
1.
Carraying
Cost
Biaya
penyimpanan persediaan yang terdiri atas : biaya simpan (strage cost) biaya
asuransi, biaya pajak, biaya kerusakan dan penyusutan serta biaya modal.
Biasanya biaya-biaya ini berkisar antara 20-40 persen dari nilai persediaan
perusahaan.
2.
Ordering
Cost
Biaya
pemesanan persediaan yang terdiri atas : biaya pesan, biaya penempatan dan
biaya kerugian penjualan
2.4 Pengertian
Sistem Akutansi Persediaan
Sistem akutansi persediaan bertujuan
untuk mencatat perpindahan setiap jenis persediaan yang ada digudang Sistem ini
berhubungan erat dengan sistem penjualan, sistem return penjualan, sistem
pembelian, sistem return pembelian, dan sistem akutansi biaya produksi.
Sistem
dan prosedur yang bersangkutan dengan sistem akutansi persediaan adalah :
1. Bagian
Produksi
·
Bagian
produksi membuat bukti surat pengiriman barang jadi (SPBJ) rangkap 3 lembar
ke-1 dikirimkan bersama barang ke bagian gudang lembar ke-2 dikirimkan ke
bagian akutansi. Lembar ke-3 disimpan sebagai arsip
·
Bagian
produksi menerima SPBJ lembar ke-2 dari bagian gudang berdasarkan SPBJ lembar
ke-2 bagian produksi membuat laporan penyelesaian barang jadi yang dikirimkan
ke manager
2. Bagian
Gudang
·
Bagian
gudang menerima barang jadi dan SPBJ lembar ke-1 dari bagian produksi.
Berdasarkan bukti SPBJ tersebut, bagian gudang mengisi kartu gudang yang
menyatakan bahwa bagian gudang menerima barang jadi sejumlah unit barang jadi
yang telah ditransfer oleh bagian produksi.
·
Setelah
mengisi kartu gudang. Bagian gudang meminta tanda – tangan (untuk mengetahui
produk jadi yang masuk ke bagian gudang) ke bagian akutansi.
·
Berdasarkan
kartu gudang yang telah ditanda tangani, bagian gudang membuat surat penerimaan
barang jadi (SPBJ) rangkap 3. Lembar ke-1 dikirimkan ke bagian akutansi, lembar
ke-2 dikirimkan kebagian produksi , dan lembar ke-3 disimpan sebagai arsip.
3. Bagian
Akutansi
·
Bagian
akutansi menerima bukti SPBJ lembar ke-2 dari bagian produksi kemudian diarsip
untuk dijadikan bukti bahwa bagian produksi telah menyelesaikan produksi jadi
dan sudah melakukan pengiriman ke bagian akutansi
·
Bagian
akutansi menerima kartu gudang untuk ditanda tangani sebagai bukti penerimaan
barang jadi. Stelah itu mengirimkan kartu gudang yang telah ditanda tangani ke
bagian gudang
·
Bagian
akutansi menerima SPBJ lembar ke-1 dan bagian gudang berdasarkan SPBJ lembar
k-1 tersebut. Bagian akutansi mengisi kartu perseidaan yang digunakan untuk
mengetahui persediaan barang jadi yang telah masuk
·
Setelah
mengisi kartu persediaan, bagian akutansi mencatat dijurnal tentang persediaan barang
jadi yang masuk. Setelah itu, memposting ke buku besar, dan dibuatkan neraca
saldo dan neraca lajur, jurnal penyesuaian, dan laporan keuangan. Berdasarkan
laporan keuangan tersebut, bagian akutansi membuat laporan penerimaan barang
jadi (LPBJ) yang dikirimkan ke manager
4. Manager
·
Manager
menerima laporan peneriaman barang jadi dari bagian akutansi
·
Manager
juga menerima penyesuaian barang jadi dari bagian produksi
Menurut
Mulyadi (2013:3) menyampaikan bahwa sistem akutansi persediaan terdiri dari :
a. Fungsi
yang Terkait
Fungsi yang dibentuk untuk melaksanakan perhitungan fisik
persedian umumnya bersifat sementara, yang biasanya berbentuk panitia atau
komite yang anggotanya dipilihkan dari karyawan yang tidak menyelenggarakan
Catatan
akutansi persediaan dan tidak melaksanakan fungsi gudang. Penitia penghitungan
fisik persediaan terdiri dari :
1.
Pemegang
kartu perhitungan fisik
2.
Penghitung
3.
Pengecek
Dengan
demikian fungsi yang terkait dalam sistem penghitungan fisik persediaan adalah :
1.
Panitia
penghitungan fisik persediaan
2.
Fungsi
akutansi
3.
Fungsi
gudang
b. Dokumen
yang digunakan
Dokumen yang digunakan untuk merekam,
meringkas, dan membukukan hasil penghitungan fisik persediaan adalah :
1.
Kartu
penghitungan fisik (Inventory tag)
2.
Daftar
hasil perhitungan fisik (Inventory Summary sheet)
3.
Bukti
memorial
No comments:
Post a Comment